Concepts

STRAIGHT TO THE POINT

“Asli, suka males banget sama yang suka nge-chat ‘p’ atau manggil nama gitu padahal tujuannya mau nanya sesuatu atau minta bantuan, kenapa engga to the point aja coba.”

Kita pasti pernah nemu curhatan ini berkeliaran di media sosial atau mungkin denger curhatan teman, mungkin juga kita termasuk orang tersebut? Entahlah. Jelasnya, di dunia ini memang terdapat orang-orang yang tidak suka dengan basa-basi.

Straight to the point diartikan sebagai langsung kepada intinya. Yang dalam hal ini adalah blak-blakan, penyampaian tanpa adanya basa basi. Mengutip dari hipwee.com, terdapat enam tempat kapan to the point ini diperlunkan, yang tiga diantaranya adalah saat berbicara dengan orang yang indera pendengarannya kurang baik, saat berbicara dengan mereka yang telat mikir, dan saat menjawab soal aksakta.

Straight to the point atau langsung kepada intinya sebenarnya memang kadang dibutuhkan. Selain untuk menghemat waktu, bisa juga sebagai jalan agar komunikan alias si penerima pesan dapat langsung mengerti isi pesan. Namun, terdapat hal yang amat sangat disayangkan dari penggunaan kalimat yang straight to the point ini, karena justru seringnya dipakai tidak dalam waktu yang tepat. Dalam artian tidak melihat bagaimana situasi dan kondisi baik dari segi suasana tempat ataupun dari segi suasana komunikan.

Bagi sebagain orang straight to the point bukanlah hal lumrah untuk dilakukan karena rasa tidak enakan dan takut juga menyinggung perasaan orang lain. Dan kita tentu sangat mengerti bahwa kita tidak bisa men-generalisasikan begitu saja semua orangkarena kita juga mengetahui bahwa setiap orang memiliki tingkat emosi dan juga tingkat pemahaman yang berbeda. Karena hal inilah kita tidak dapat memperlakukan semua orang dengan treatmen yang sama juga.

Munculnya era New Media seperti saat ini, sampai muncul fenomena Citizent Journalism dimana semua orang dapat melakukan pekerjaan jurnalistik berupa mencari dan membagikan informasi, straight to the point tampaknya sudah menjadi kebiasaan para pengguna internet a.k.a warganet. Berkomentar sesuka hati, menghujat, singgung-menyinggung yang tidak jarang sampai menimbul permusuhan.

Dalam islam kita memang dibebaskan untuk melakukan hal-hal apa saja yang kita sukai termasuk dalam hal berbicara. Menyampaikan pendapat, mengajukan kritik terhadap kesalahan, dan ekspkesi-ekspresi berbicara lainnya. Namun, perlu kita pahami kebebasan tersebut memiliki konsekuensi berupa pertanggung jawaban. Itulah mengapa ada Batasan berupa aturan dan norma-norma tertentu yang harus diperhatikan. Adapun batasan-batasan tersebut hadir tidak lain agar kita semua tidak kebablasan.

Melakukan straight to the point dalam berbicara pada intinya sah-sah saja dilakukan karena itu merupakan bagian dari kebebasan berkomunikasi. Yang paling penting adalah kita harus selalu ingat, dimana ada kebebasan maka ada pula pertanggung jawaban. Dan Kembali lagi, perhatikan etika dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Penulis: Surnawati (Komuniasik Campus Ambassador Batch 1.0)

Writing Camp for Young Scholar 2020

Previous article

CRISIS COMMUNICATION

Next article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *