Uncategorized

OPTIMALISASI PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GENERASI MILENIAL DI MASA DEPAN

Kamis, 12/10/23 – 16.13 WIB

Generasi milenial merupakan generasi yang hidup pada era keterbukaan informasi di internet. Termasuk opsi pasar online. Milenials adalah istilah Cohort dalam demografi. Menurut Ali dan Purwadi (2017) dalam (Nugraha, 2018) saat ini terdapat empat cohort besar dalam demografi, yaitu generasi yang disebut Baby Boomer yaitu generasi yang lahir pada tahun 1946-1964, Gen-X yaitu generasi yang lahir pada tahun 1965-1980, selanjutnya ada generasi Milenial atau generasi Y yaitu generasi yang lahir pada tahun 1981 hingga tahun 2000. Terakhir ada generasi yang kita sebut dengan generasi Gen Z yaitu generasi yang lahir pada tahun 2001 sampai sekarang. Namun dalam beberapa literatur juga disebutkan bahwa yang termasuk generasi milenial ini merupakan gabungan antara generasi milenial atau generasi Y dan generasi Z.

Generasi Milenial merupakan platform utama dalam memperkenalkan pemimpin masa depan. Tentu saja karakter generasi milenial ini adalah connected, creative dan confidence. Model kepemimpinan yang mereka terapkan selalu mengutamakan interaksi antara model kepemimpinan secara umum dengan teknologi informasi berbasis internet yang mereka miliki (connected). Model kepemimpinan yang diterapkan juga berfokus pada kreativitas (creative) yang berlangsung terus-menerus. Tidak ada model tunggal untuk menyelesaikan masalah ini, pendekatan situasional memungkinkan anda menyajikan solusi terbaik. Selain itu, pemimpin generasi milenial memiliki kepercayaan diri yang tinggi (confidence) dalam menghadapi beragam situasi dan problem yang ada. Aksi dan tindakan generasi milenial ini sangat gesit, meskipun tetap berada pada garis-garis rambu yang tepat. Berdasarkan fenomena yang terjadi saat ini, terdapat beberapa permasalahan yang menghadang generasi milenial saat ini dan masa depan, antara lain:

Pertama, Kebebasan mengakses Informasi di Media Sosial dan lemahnya regulasi. Beredarnya sejumlah fake news, hoax, heat speech di seluruh situs media sosial belum diimbangi dengan antisipasi regulasi yang proporsional. Dalam dinamika perkembangan teknologi yang ada, tidak jarang kita melihat bahwa regulasi dari pemerintah atau badan berwenang terkadang lebih lambat dari perkembangan teknologi itu sendiri. Oleh karena itu, peraturan cenderung muncul ketika timbul permasalahan tertentu. Atau sudah terlihat beberapa perkembangan yang menarik perhatian masyarakat, jelas mempunyai dampak negatif.

Di satu sisi, perkembangan teknologi tidak bisa dihindari. Dimana teknologi ini tentunya dapat memudahkan berbagai pekerjaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Setiap individu tentunya berusaha setiap hari untuk selalu mencari kemajuan-kemajuan yang dapat memberikan solusi terhadap berbagai problematika yang dapat membebani aktivitasnya sehari-hari. Sehingga dengan kehadiran teknologi yang menawarkan berbagai kemudahan, khususnya media sosial yang menyediakan sarana komunikasi sederhana dan inovatif, tentu menjadi daya tarik tersendiri.

Kebebasan menerima informasi dari sejumlah media sosial ini menyebabkan lemahnya daya tahan (resilience) generasi milenial Indonesia terhadap sejumlah “gempuran” informasi yang beredar dimasyarakat, khususnya dinamika isu yang menjadi perbincangan disekitar mereka. Akses informasi yang begitu terbuka dan hadir setiap hari dalam interaksi sosial media dan media sosial anak milenial, perlahan namun pasti dapat mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan mereka dalam menyikapi sejumlah isu yang beredar tersebut.

Di tengah era disrupsi ini, generasi milenial harus bisa memanfaatkan berbagai peluang yang ada. Kecanggihan teknologi dapat dikembangkan untuk menciptakan manfaat yang lebih besar dan membuka lapangan kerja baru. Melalui teknologi berbasis gadget sangat memungkinkan menghadirkan beragam kreativitas design, infografis dan videografis yang dapat digunakan untuk membuka pasar bagi sejumlah produk yang diminati generasi milenial. Beberapa aplikasi berbasis online juga dapat diciptakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dengan tujuan mengoptimalkan pemasaran produk usaha yang dikembangkan oleh generasi muda yang ingin memulai berbisnis.

Kedua, dampak negatif dari tingginya interaksi anak muda dengan media sosial yang ada. Tingginya kebutuhan generasi milenial terhadap teknologi komunikasi membuat internet telah menjadi kebutuhan pokok melebihan kebutuhan sandang dan pangan masyarakat luas. Kondisi ini dapat mempengaruhi pola pikir, keyakinan dan perilaku yang kemudian berujung pada nilai-nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara generasi milenial yang kurang bermanfaat bagi generasi milenial. Banyak berbagai konten negatif bahkan provokatif yang tersebar begitu bebasnya di semua media sosial.

Dengan pemahaman terkait berbagai manfaat positif dari penggunaan media sosial, maka akan sangat mempengaruhi pola pikir dan kreativitas generasi muda milenial. Kebiasaan berinteraksi dalam jangka panjang dengan “bermain” media sosial perlu diimbangi dengan berbagai aktivitas yang dapat membuat generasi milenial Indonesia tidak malas gerak. Interaksi berlebihan dengan media sosial saat ini dapat menyebabkan gangguan fisik, psikologis dan perilaku behavioral. Oleh karena itu, diperlukan upaya komprehensif mengenail literasi digital dan pemersatu kerja dari masing-masing kementerian, lembaga maupun sektor masyarakat.

Ketiga, kurangnya panduan tentang literasi digital. Gerakan bersama literasi digital secara umum dan kesadaran nasional diperlukan untuk mengantisipasi dampak negatif penggunaan media sosial yang tidak tepat dan juga upaya membangun karakter generasi milenial. Setiap kementerian, lembaga organisasi atau komunitas yang menyelenggarakan literasi cenderung lebih bersifat umum terhadap generasi milenial. Tidak ada tujuan khusus atau mungkin persyaratan tertentu yang secara bertahap dapat mengedukasi generasi milenial tentang cara menggunakan media sosial secara profesional dan tepat.

Selain itu, masih sedikit orang yang memperhatikan bahwa seringnya berinteraksi dengan media sosial dapat berdampak buruk bagi masyarakat, terutama generasi muda. Beberapa kalangan bahkan menganggap kehadiran media sosial hanya sekedar “keberuntungan” dan melihat berbagai kemudahan yang dibawanya. Tidak ingin mendalami dampak dalam jangka menengah dan panjang dari media sosial, yang sudah tertanam kuat di masyarakat. Keadaan ini tentu mengkhawatirkan jika terus dibiarkan tanpa kendali dan arah yang jelas. Nasib negara di masa depan tentunya tidak lepas dari keadaan dan kualitas generasi muda saat ini.

Pedoman penggunaan media sosial yang tepat harus menjadi pedoman umum agar generasi muda Indonesia tidak terjerumus ke dalam situasi yang dapat berdampak negatif. Sebab kegagalan masa depan bangsa sangat dipengaruhi oleh kehadiran generasi Milenial saat ini.

Penulis : Iqdam Maula Al Bantani

Editor : Muhammad Bilal

KATA SIAPA NGE-CUT OFF ORANG ITU PERBUATAN JAHAT? KENALIN DULU YUK PENYEBAB DAN DAMPAKNYA!

Previous article

KERAP MENYERANG GEN Z, KENALI TANDA TERKENA GASLIGHTING

Next article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *