♫ Isn’t it just so pretty to think,
all along there was some
invisible string, tying you to me..⭑♪⊹ ࣪ ˖
Begitulah lirik salah satu lagu dari Taylor Swift berjudul “invisible String” yang pembahasannya kurang lebih mirip dengan red string theory ini lho! Namun, apa sebenarnya “Red String Theory” itu? Dan mengapa bisa menjadi begitu populer di TikTok?
Asal Usul “Red String Theory”
Konsep “Red String Theory” berasal dari mitologi dan budaya Asia Timur, khususnya dari kepercayaan Tiongkok kuno. Dalam bahasa Mandarin, benang merah ini disebut Hóng xiàn, yang berarti “benang merah.” Menurut mitologi tersebut, dewa pernikahan (Yue Lao) mengikatkan seutas benang merah takdir pada pergelangan tangan dua orang yang ditakdirkan untuk bersama. Tidak peduli sejauh apa jarak mereka, berapa lama waktu yang berlalu, atau rintangan yang ada di antara mereka, benang merah ini tidak akan putus. Pada akhirnya, kedua orang ini akan menemukan satu sama lain dan bersatu.
Di Jepang, konsep ini dikenal dengan istilah Akai Ito, yang memiliki makna serupa. Kisah ini telah ada selama ribuan tahun, dan sekarang “Red String Theory” menyebar luas di media sosial, dengan sentimen romantis dan magis yang menyentuh hati banyak orang.
Kok Bisa Sampai Viral di Tiktok?
Ada beberapa alasan mengapa Red String Theory begitu viral di TikTok:
- Romantisme yang Universal: Kisah tentang cinta takdir selalu menarik banyak orang, terutama generasi muda yang suka dengan konsep cinta yang penuh makna dan magis. Teori ini memberikan harapan bahwa ada seseorang di luar sana yang memang ditakdirkan untuk mereka, meskipun saat ini mereka belum bertemu.
- Visual Estetik: TikTok terkenal dengan konten-konten visual yang kreatif dan estetik. Banyak pengguna TikTok menggunakan teori ini untuk membuat video yang indah dengan narasi cinta yang penuh misteri, diiringi dengan lagu-lagu romantis. Video-video ini seringkali menampilkan ilustrasi atau animasi benang merah yang menghubungkan dua orang yang berjauhan, menciptakan daya tarik visual yang kuat.
- Koneksi Emosional: Di tengah ketidakpastian dunia modern, terutama dengan kondisi sosial yang sering membuat banyak orang merasa kesepian, Red String Theory menawarkan kenyamanan dan rasa koneksi. Teori ini membantu orang untuk tetap percaya pada cinta, bahkan jika mereka saat ini belum menemukannya. Ini memberikan harapan bahwa hubungan yang mendalam dan bermakna akan datang pada waktunya.
Apa Pengaruhnya bagi Pengguna Tiktok?
Salah satu kekuatan dari Red String Theory di TikTok adalah bagaimana konsep ini digunakan oleh para pengguna untuk berbagi cerita pribadi mereka tentang cinta, hubungan, dan pertemuan tak terduga. Banyak yang percaya bahwa mereka telah menemukan “soulmate” mereka berkat teori ini, dan menggunakan TikTok sebagai platform untuk menceritakan pengalaman mereka.
Beberapa video yang viral menunjukkan bagaimana dua orang bertemu secara kebetulan, namun merasa ada koneksi mendalam seolah-olah mereka memang ditakdirkan untuk bertemu. Beberapa kreator bahkan berbagi tips dan tanda-tanda bahwa mereka mungkin telah menemukan pasangan yang terhubung oleh “benang merah takdir” ini. Menarik ya!
Comments