Uncategorized

Pamali! Zaman sekarang masih percaya?

Dalam berinteraksi di masyarakat, biasanya terjadi bias antara opini atau fakta. Yang jadi masalahnya, bagaimana ketika suatu opini (yang semisalnya seperti: mitos, dongeng) menjadi warisan turun-temurun yang malah diyakini sebagai fakta.

Melihat zaman sekarang yang semakin berkembang, istilah kata mitos kini sudah tidak menjadi asing lagi di kalangan masyarakat. Salah satu contohnya adalah pamali.

Apa itu pamali?

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pamali didefinisikan sebagai “pantangan; larangan (berdasarkan adat dan kebiasaan)”. Dalam masyarakat

Sunda, pamali adalah hal tabu yang tidak boleh dilanggar. Budaya pamali ini pun dikenal di daerah-daerah lain di Indonesia dengan istilah yang berbeda.

Budaya pamali menunjukkan bahwa perbuatan atau perkataan akan mendatangkan suatu konsekuensi, yakni jika seseorang melakukan atau mengatakan hal yang tabu, maka akan menimbulkan akibat buruk/sial. Walau tak sedikit yang masih mempertahankannya, budaya pamali mulai luntur dan banyak ditinggalkan, terutama oleh generasi masa kini.

Di satu sisi pun banyak generasi muda yang mulai tidak lagi mengenal budaya pamali karena budaya ini biasanya terkait erat dengan mitos-mitos yang diyakini oleh masyarakat. Tentunya, seiring perkembang nya zaman dan berbagai bidang

ilmu pengetahuan, serta kemajuan teknologi, seiring pula anggapan bahwa budaya pamali ini banyak yang sudah tidak sesuai lagi dengan keyakinan yang dianut dan kehidupan masa kini, budaya pamali ini mengalami banyak perubahan dan penyesuaian, atau bahkan sama sekali hilang dari masyarakat.

Namun di sisi lain, jika kita bersedia untuk menanggalkan sejenak mitos-mitos yang menyertainya, budaya pamali sebetulnya mencerminkan kehati-hatian dalam tutur dan tindak. Budaya ini berperan dalam membentuk masyarakat dengan kesadaran budi pekerti yang tinggi. Jika kita melihat kembali ke belakang, kehidupan bermasyarakat di zaman dahulu begitu harmonis, tenang, dan teratur. Hal ini tentu tidak terlepas dari peran budaya pamali yang mengatur sekecil apa pun tindakan dan ucapan, serta menjaga nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat.

Pamali dalam pandangan Islam yang perlu kita cermati sebagai umat Islam adalah dasar pamali yang merupakan adat dan kebiasaan. Dalam Islam, sah saja bila adat dan kebiasaan menjadi pijakan perbuatan. Namun syaratnya, selama adat dan kebiasaan itu tidak bertentangan dengan dalil shahih.

Mungkin pada awalnya, istilah pamali ini dikarangg dengan maksud baik. Mungkin untuk memperingatkan “secara halus”. Sayangnya, pamali ini bertentangan dengan aqidah Islam yang shahih. Dalam Islam, kita dilarang percaya bahwa suatu hal akan mendatangkan sial bila kepercayaan itu lahir tanpa dalil syar’i.

Contoh mitos pamali :

Jangan membuka payung di dalam rumah, karena nanti akan ada anggota keluarga yang meninggal.

Dalam istilah syariat, melaksanakan sesuatu karena takut sial (pamali) disebut “tathayyur”. Sejak zaman jahiliah, orang Arab pun telah punya “pamali”. Salah satunya adalah keyakinan sebelum mereka akan berangkat safar. Sebelum pergi, mereka akan menerbangkan seekor burung. Jika burung terbang ke arah kanan, mereka percaya safarnya akan berjalan mulus. Jika burung terbang ke arah kiri, mereka percaya itu tanda petaka; niat safar akhirnya diurungkan.

Apa sebenarnya tathayyur itu?

“Perihal tathayyur, Muawiyah bin Al-Hakam radhiyallu ‘anhu berkata, ‘Aku mengatakan,

ْم ُﮭ ﱠﻧ ﺻ ﱠد

َﻼ ﯾ ﻓ

ِھ ْم، ﺻ ُدور

ُﮫ ﻓﻲ ﺟ ُدو َﻧ

ٌء ﯾ ﺷﻲ

ذاك

ﻗﺎل: ”

ُرون، ط ﱠﯾ

ﯾ َﺗ ل

ر َﺟﺎ

و ِﻣ ﱠﻧﺎ

‘Di antara kami ada orang yang ber-tathayyur (percaya pamali).’ Beliau bersabda, ‘Perasaan yang muncul di hati kalian, jangan jadikan penghalang kalian (jangan dihiraukan).’ (HR.Muslim, An Nasai, Abu Daud, dan Ahmad).

Terlepas dari pandangan dari istilah pamali, bahwa kepercayaan terhadap pamali tidak selalu digambarkan secara buruk. Akan tetapi pamali merupakan bentuk awal dari kepedulian dengan tujuan untuk menjaga kedisiplinan dan memberikan nasihat kehidupan. Pamali juga dapat diselaraskan dengan kehidupan masa kini.

Larangan-larangan yang dituturkan oleh pamali dapat membentuk rutinitas kehidupan seseorang agar menjadi lebih disiplin dan rajin, serta lebih mensyukuri apa yang sudah dicapai dan dimiliki, terutama dalam zaman ketika masyarakat terbebani dengan beban kerja dan ekspektasi yang tinggi. Pamali, di sisi lain, dapat berguna sebagai silver lining, sebuah aspek positif dalam situasi yang negatif. Jadi, menurut kawan-kawan, apakah pamali masih dipercayai di zaman yang modern ini?

Penulis : Siti Khodijah

Mau Sampai Kapan Kalah Terus sama Malas? Yuk Cari Tau Penyebab dan Solusinya

Previous article

Ada Beberapa Wahana Ektrem Yang Kalian Harus Coba Di Trans Studio Bandung

Next article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *