Uncategorized

Mohon Maaf dan Selamat Berbahagia

Tak perlu risau, perjalanan merupakan permulaan dari segala cerita. Salah, keliru, bahkan terjatuh adalah hal yang biasa. Teruslah menyusuri lorong kehidupan dengan hati yang lapang dan pikiran terbuka. ‘Kan kita dapatkan hamparan hikmah asal kita mau menggapainya.

Selamat pagi, siang, sore, dan malam pembaca setia komuniasik!

Aku percaya, setiap dari kita tentu punya masa lalu. Bagi segelintir insan, masa lalu adalah sebuah fase yang penuh dengan kepedihan, namun bagi sebagian yang lain, masa lalu justru menjadi momen langka yang sangat dirindukan. Menurutku, masa lalu bak sekolah kehidupan. Sebab dari masa lalu, aku mampu belajar tentang lika-liku hidup yang tak selamanya indah seperti kisah-kisah roman picisan.

Kalau dipikir-pikir, apalah daya kita sebagai seorang manusia yang nihil upaya jika tanpa seizin-Nya. Kita lemah, lemah tak berdaya seperti anak kecil yang hanya mampu merengek kepada orang tuanya.

Barangkali kita berpikir, bahwa hidup seperti hanya dipenuhi dengan batu kerikil yang terus menghujam. Barangkali, tak sedikit ujian yang Tuhan beri lewat sikap orang-orang di sekitar. Barangkali, waktu yang kita investasikan tidak berada pada porsinya. Dan barangkali, tidak semua manusia yang kita temui bisa terus menemani hingga detik ini.

Teruntuk manusia-manusia baik di masa laluku. Apakah kamu masih ingat? Dulu, kita pernah berusaha bersama untuk merakit masa depan yang senada. Dulu, apa pun kondisinya, kamu selalu ada di sini, di sampingku. Saat anak kecil ini emosi tidak jelas atau riang tak terkira bagai di taman bunga, kamu tetap ada di sana, mendengar semua cerita yang aku punya. Betapa indahnya kenangan itu kita rajut bersama lewat hal sederhana. Tetapi, aku rasa semuanya tidak sekadar ‘sederhana’, namun lebih dari itu, iya ‘istimewa’.

Aku sempat menerbangkan angan, berharap kita dapat tumbuh dewasa bersama. Menilai hiruk-pikuk dunia dengan kacamata cinta dan derap langkah yang seirama. Kamu tahu? Hingga detik ini, aku sangat senang ketika mengumpulkan serpihan momen kita yang terbidik kamera. Aku dan kamu dahulu, tak ubahnya seperti manusia yang sulit sekali dipisahkan.

Kini, tidak ada satu pihak pun yang patut disalahkan. Kita sudah sama-sama fokus dengan cita-cita dan masa depan. Ini bukan berarti kita beda haluan, hanya saja waktu belum mengizinkan kita untuk bertemu kembali. Maaf dan terima kasih. Maaf atas segala sikap menjengkelkan dari manusia lemah ini. Terima kasih ya kalian sudah mau menjadi crayon. Crayon yang sangat mahir mewarnai dan menyemarakkan hidup ini dengan polesan warna-warni yang beragam. Terima kasih, masa lalu. Dari kalian, aku bisa belajar bagaimana caranya menahan pilu. Terima kasih karena telah menyuntikkan semangat dan membombardir bongkahan rasa takut di relung hati ini. Sekali lagi, terima kasih, karena kalian aku sanggup berdiri lebih tinggi.

Penulis: Hilya Maylaffayza (Komuniasik Campus Ambassador Batch 2)

Instansi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Bunuh Rasa Takutmu!

Previous article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *