Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh di era digital yang penuh dengan kemajuan teknologi. Kehadiran media sosial, internet, dan akses informasi yang tidak terbatas memberi mereka kelebihan dalam hal pengetahuan dan informasi. Namun, di balik semua ini, ada fenomena yang semakin sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari Gen Z yaitu overthinking.
Apa itu Overthinking?
Overthinking adalah kebiasaan memikirkan sesuatu secara berlebihan atau mendalam, sering kali pada hal-hal yang tidak penting atau di luar kendali. Hal ini bisa berupa memikirkan skenario-skenario yang mungkin tidak akan terjadi, memikirkan hal-hal di masa lalu, atau merasa cemas tentang masa depan. Dalam konteks Gen Z, overthinking sering dikaitkan dengan perasaan tidak aman, tekanan sosial, dan harapan yang terlalu tinggi, baik dari diri sendiri maupun lingkungan.
Penyebab Overthinking pada Gen Z
- Media Sosial dan Perbandingan Sosial
Media sosial memudahkan Gen Z untuk terhubung dan berinteraksi dengan dunia, namun juga membawa dampak negatif berupa comparison culture—budaya membandingkan diri dengan orang lain. Melihat kehidupan orang lain yang terlihat sempurna di Instagram atau TikTok dapat memicu kecemasan dan perasaan tidak cukup baik, sehingga meningkatkan overthinking.
- Tekanan untuk Sukses
Gen Z sering kali merasa dibebani oleh ekspektasi untuk sukses dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek akademis, karier, hubungan, hingga penampilan fisik. Banyak dari mereka merasa terjebak dalam standar yang tidak realistis, sehingga memikirkan setiap langkah mereka dengan hati-hati hingga sering kali berakhir dengan overthinking.
- Krisis Identitas dan Tujuan
Generasi Z tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian. Perubahan sosial, politik, dan ekonomi membuat mereka sering kali mempertanyakan tujuan hidup dan identitas diri mereka. Ketidakpastian ini memicu kebiasaan overthinking ketika mencoba mencari tahu apa yang harus dilakukan dalam hidup.
Dampak Overthinking pada Gen Z
Overthinking dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional Gen Z. Beberapa dampak yang umum termasuk:
- Kecemasan: Terlalu banyak berpikir tentang sesuatu bisa menyebabkan rasa cemas yang berlebihan, yang pada akhirnya mengganggu ketenangan.
- Sulit Membuat Keputusan: Ketika seseorang terlalu banyak overthinking, dirinya bisa menjadi bingung dan ragu-ragu sehingga membuat keputusan sederhana pun terasa sulit.
- Kurangnya Tidur: Pikiran yang terus-menerus bekerja dapat menyebabkan insomnia, hal ini dikarenakan sulit bagi otak untuk beristirahat.
- Burnout: Kombinasi dari stres mental dan emosional akibat overthinking dapat menyebabkan kelelahan yang intens atau burnout.
Mengatasi Overthinking
Untuk mengatasi kebiasaan overthinking, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:
- Praktik Mindfulness: Belajar untuk hadir di saat ini tanpa terlalu memikirkan masa lalu atau masa depan bisa membantu Gen Z mengurangi kecemasan. Hal ini dapat dilakukan dengan latihan seperti meditasi atau latihan pernapasan dalam sehingga dapat membantu menenangkan pikiran.
- Membatasi Penggunaan Media Sosial: Mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial dan menghindari akun-akun yang memicu perbandingan negatif dapat membantu menurunkan tekanan sosial yang sering menjadi sumber overthinking.
- Berbicara dengan Orang Terpercaya: Terkadang, membicarakan kekhawatiran dengan teman, keluarga, atau seorang profesional bisa membantu melihat masalah dari perspektif yang berbeda dan mengurangi beban pikiran.
- Menetapkan Batasan Waktu untuk Berpikir: Salah satu teknik yang berguna adalah menetapkan waktu khusus untuk memikirkan masalah tertentu, sehingga tidak terus-menerus memikirkannya sepanjang hari.
Penulis : Siti Nahdia Usman
Editor : Nivaldi
Comments