Jurnalis Profetik? Kamu, kah, Orangnya?

Dakwah merupakan suatu ajakan atau penyampaian yang dilakukan oleh seorang pendakwah kepada khalayak. Berbicara tentang dakwah, biasanya pendakwah ini memiliki problematik dalam berdakwah apalagi pada zaman sekarang dimana sudah memasuki era modern atau era digital. Sudah banyak yang menggunakan media sebagai santapan sehari hari, dari sini pendakwah perlu memikirkan bagaimana seorang pendakwah atau da’i bisa tampil di antara media media yang sering digunakan khalayak masa kini.

Untuk memulai proses berdakwah pada media terutama sosial media, seorang da’i harus aktif pada salah satu media sosial misalnya instagramBiasanya seorang da’i bisa dikenal melalui suatu acara dakwah, namun kini melalui media seorang da’i bisa lebih dikenal, apalagi jika ia mampu memikat hati khalayak terutama anak muda karena gaya dakwahnya yang unik dan up-to-date. Follower dalam media sosial sangat berpengaruh karena dengan itu seorang da’i bisa mengetahui target atau tujuan pada siapa dakwah akan disampaikan.

Salah satu hal yang menjadi problematik dakwah pada media sosial yaitu, terkadang seorang da’i terlalu fokus pada ketenaran yang pada akhirnya kurang memperhatikan materi dalam dakwah yang disampaikan. Seseorang bisa menjadi ustadzah atau seorang pendakwah meski latar belakang pendidikan dan kualitas ilmiah (agamanya) tidak memadai. Ketika seseorang mengenakan busana dan retorika yang sangat baik, hal itu sudah menjadi point plus untuk bisa tampil pada media seperti televisi dan lainnya.

Pendakwah seharusnya mampu berpegang teguh pada jurnalisme profetik. Jurnalisme profetik di antaranya yaitu, dijiwai spirit dakwah Nabi Muhammad SAW, jurnalis yang menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, jurnalis yang mengajak kepada kebaikan, dan jurnalis yang mencegah keburukan. Seorang pendakwah harus memiliki strategi dakwah kenabian yaitu tabligh, amanah, fathanah, dan sidiq.

Penulis: Dimas Syahrul Mubarok (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)