Dalam dunia pemasaran digital, copywriting adalah salah satu elemen kunci yang menentukan kesuksesan sebuah kampanye. Copywriting bertujuan untuk menarik perhatian konsumen, membangun citra produk atau merek, serta memotivasi audiens untuk bertindak, baik itu membeli, mengunjungi situs, atau berbagi informasi. Namun, ada fenomena yang cukup mengejutkan dalam beberapa waktu terakhir: munculnya copywriting aneh, hingga tidak senonoh, yang justru merusak reputasi produk atau brand itu sendiri.
Mengapa Copywriting Bisa Menjadi Aneh atau Tidak Senonoh?
Fenomena copywriting yang tidak biasa ini biasanya terjadi karena beberapa faktor. Pertama, ada tren di kalangan pemasar yang mencoba “berbeda” atau “nyeleneh” agar bisa viral di media sosial. Strategi ini kadang-kadang berhasil, tetapi ada kalanya malah menimbulkan kontroversi. Upaya untuk menarik perhatian dengan humor gelap, bahasa yang teralu eksplisit, atau sindiran yang berlebihan bisa membuat kampanye promosi tersebut melenceng daritujuan utamanya.
Kedua, beberapa perusahaan mungkin tidak cukup memahami konteks budaya, bahasa, atau etika lokal saat merancang pesan pemasaran mereka. Akibatnya, copywriting yang dihasilkan terkesan tidak pantas atau menyinggung perasaan banyak orang.
Bagaimana Contoh Copywriting yang Aneh atau Tidak Senonoh?
Beberapa kasus copywriting aneh hingga tidak senonoh yang sempat viral belakangan ini mencerminkan bagaimana pesan yang keliru bisa memengaruhi citra merek secara negatif.
a. Pesan yang seksual atau seksis
Beberapa merek berusaha menggunakan humor seksual sebagai cara untuk mempromosikan produk mereka, tetapi sering kali justru berakhir dengan kritik tajam dari publik. Misalnya, apa yang ada di pikiran anda ketika membeli segelas kopi dan terdapat tulisan “Dikocok, Ditelan, Ngobrol” tertulis di gelas kopi tersebut? Copywritng ini jelas hanya untuk memancing perhatian. Namun, hal ini sering kali dipandang merendahkan, tidak etis, dan cenderung objektifikasi terhadap perempuan atau laki-laki.
b. Sindiran kasar yang tidak perlu
Ada juga merek yang menggunakan strategi sindiran kasar atau bahasa yang tidak sopan untuk mencoba tampil berani atau edgy. Namun, ketika sindiran tersebut terlalu jauh atau menyerang individu atau kelompok tertentu, hasilnya malah mendapat kecaman luas. Contoh lain adalah penggunaan istilah yang dianggap menghina atau meremehkan pihak lain demi kesan lucu, padahal efeknya justru merusak citra produk.
c. Humor gelap yang salah tempat
Humor gelap sering kali menjadi bumerang dalam copywriting. Meskipun ada audiens yang menyukai humor seperti ini, tetapi jika tidak disampaikan dengan hati-hati, hasilnya bisa sangat buruk. Beberapa kampanye menggunakan topik sensitif seperti kematian, penyakit, atau bahkan pelecehan dalam bahasa pemasaran mereka, yang langsung memicu kemarahan dari masyarakat karena dianggap tidak peka dan tidak menghargai perasaan korban atau isu tersebut.
Apa Dampaknya terhadap Brand?
Kesalahan dalam copywriting yang menyinggung atau tidak pantas bisa merusak citra merek secara drastis. Publikasi negatif di media sosial bisa menyebar dengan cepat, dan dalam hitungan jam, brand yang seharusnya dipromosikan malah menjadi sasaran kemarahan warganet. Berikut beberapa dampak yang sering terjadi:
- Krisis Reputasi : Produk atau merek yang terlibat dalam kontroversi karena copywriting aneh atau tidak senonoh sering kali mengalami penurunan reputasi. Netizen dapat dengan mudah membanjiri kolom komentar atau membuat kampanye boikot terhadap produk tersebut.
- Penurunan Penjualan : Reaksi negatif dari publik bisa langsung berdampak pada penjualan. Konsumen yang merasa tersinggung atau tidak nyaman dengan strategi pemasaran sebuah brand cenderung menghindari membeli produk tersebut, bahkan mengalihkan preferensi mereka ke kompetitor.
- Kehilangan Kepercayaan Publik : Salah satu kerugian terbesar adalah hilangnya kepercayaan konsumen terhadap brand. Sekali merek dianggap tidak etis atau tidak sensitif, butuh waktu dan upaya besar untuk memulihkan kepercayaan konsumen.
Comments