Debat publik calon guberbur dan calon wakil gubernur menjadi momen penting dalam perjalanan demokrasi. Pasangan calon yang gubernur bisa memanfaatkan momen ini untuk menyampaikan visi, misi, dan program unggulan mereka. Namun, dinamika debat ini diwarnai dengan perbedaan gaya komunikasi antara kandidat yang menjadi sorotan masyarakat.
Salah satu momen yang banyak perbincangankan ialah interaksi antara paslon Cagub-Cawagub Jawa Barat nomor urut 2 yakni Jeje Wiradinata – Ronal Suraprdja dengan paslon Nomor urut 4 yakni Dedi Mulyadi – Erwan Setiawan. Ketika paslon nomor urut 4 sedang memberikan tanggapan atas pertanyaan mengenai industri budaya, paslon nomor urut 2 terlihat tertawa saat mendengar tanggapan yang dilontarkan oleh paslon nomor urut 4. Sebagian Netizen mengatakan bahwa paslon nomor 2 ini meledek argumen lawan dan tidak sepatutnya ekspresi yang di tunjukkan seperti itu seharusnya bisa lebih menghargai argumen yang diberikan oleh lawan. Meskipun hal tersebut tidak ada maksud langsun yang diungkapkan, reaksi tersebut memnacing beragam interpretasi di kalangan audiens.
Pentingnya Gaya Komunikasi dalam Debat Politik
Dalam debat politik gaya komunikasi seseorang kandidat sangat dilihat oleh masyarakat, seorang kandidat tidak hanya menyampaikan gagasan atau ide yang menarik untuk mengembangkan suatu daerah tapi juga adab saat mendengarkan atau menyampaikan gagasan atau ide dari pihak lainnya, dan hal ini juga bisa membangun kepercayaan masyarakat untuk memimpin daerah mereka.
Menurut Dr. Lisa Kurniawati, pakar komunikasi politik ada tiga prinsip utama yang seharusnya diterapkan dalam debat politik:
- Respek terhadap lawan bicara
- Penggunaan argumen yang substansial
- Kemampuan mendengarkan dengan aktif
Nah, dari momen debat publik cagub daerah Jawa Barat kemarin menjadi pengingat akan pentingnya menjaga etika dan profesionalisme dalam forum publik. Terlepas dari perbedaan gaya komunikasi, setiap kandidat memiliki peluang untuk belajar dari pengalaman ini agar dapat lebih efektif berinteraksi dengan lawan bicara maupun masyarakat.
Masyarakat sebagai pemilih juga memiliki peran penting untuk memaknai momen ini sebagai pembelajaran. Sebuah debat tidak hanya menjadi tempat untuk mencari kelemahan lawan, tapi juga untuk menilai karakter dan kemampuan seseorang pemimpin dalam menghadapi perbedaan pendapat. Masyarakat tidak ingin asal pilih calon pemimpin daerah mereka, mereka menginginkan pemimpin yang bisa memberikan contoh baik, baik dalam melaksanakan program kerja nya dan baik dalam menyikapi orang lain.
Penutup
Debat politik ialah sebuah ajang untuk berdiskusi, bukan hanya sekedar kompetisi untuk memenangkan suatu ajang tapi juga kita memberikan ide atau solusi untu permasalahan suatu daerah dan peningkatan dan perkembangan suatu daerah tersebut. Gaya komunikasi yang elegan, berbasis substansi, dan penuh rasa hormat merupakan kunci untuk memenangkan hati masyarakat karena dengan gaya komunikasi yang baik akan memberikan kepercayaan kepada masyarakat bagaimana cara kita memimpin. Dalam konteks ini para kandidat tidak hanya bersaing dalam menyampikan program kerja mereka, tetapi juga memberikan contoh bagaimana seorang pemimpin yang ideal saat berinteraksi dengan orang lain dan menghargai pendapat orang lain, mereka juga tidak ingin asal pilih untuk menjadi pemimpin daerah mereka.
Comments