Uncategorized

Sejarah Awal Gaya Harajuku: Dari Pemberontakan hingga Tren Global

Gaya Harajuku adalah salah satu subkultur fesyen paling ikonik dari Jepang yang telah menarik perhatian dunia sejak muncul pada tahun 1970-an. Dinamakan dari distrik Harajuku di Tokyo, gaya ini tidak hanya merepresentasikan pakaian atau riasan, tetapi juga bentuk ekspresi diri yang unik. Gaya Harajuku mewakili kebebasan dan keberanian anak-anak muda untuk mengekspresikan diri mereka melalui pakaian yang tidak konvensional. 

 Awal Mula Harajuku Style

Pada tahun 1970-an hingga 1980-an, kawasan Harajuku menjadi tempat berkumpulnya anak-anak muda yang ingin mengekspresikan diri mereka di luar aturan berpakaian ketat di Jepang. Di tengah kebangkitan ekonomi Jepang setelah Perang Dunia II, generasi muda mulai mengeksplorasi gaya pribadi mereka. Saat itu, banyak anak muda yang datang ke Harajuku pada hari Minggu untuk menampilkan tampilan unik mereka. Tempat ini menjadi area bebas aturan mode, di mana mereka bisa bebas berpakaian tanpa mengikuti standar mode arus utama.

Awalnya, gaya berpakaian ini muncul dari pengaruh luar seperti gaya hippie dan punk Barat. Banyak anak muda Jepang yang terinspirasi oleh gaya busana anti-mainstream dari Amerika dan Eropa, lalu mengadaptasinya ke dalam bentuk yang lebih Jepang. Sebagai bentuk “pemberontakan”, mereka menggunakan pakaian berwarna cerah, motif unik, dan aksesori yang tidak biasa untuk menonjolkan kepribadian mereka. 

Kunci dari Gaya Harajuku

Gaya Harajuku menggabungkan berbagai unsur seperti:

– Layering (Lapisan): Banyak penggemar gaya Harajuku memakai pakaian berlapis-lapis. Lapisan ini bisa mencakup kaos, jaket, celana, rok, hingga aksesori berlebihan.

– Aksesori yang Berani: Anting besar, kalung warna-warni, dan aksesori unik adalah ciri khas.

-Warna dan Pola Beragam: Campuran warna cerah, pastel, atau motif kartun serta pola unik adalah elemen yang sering terlihat dalam gaya ini.

 Subgenre dalam Harajuku Style

1. Lolita: Menggunakan gaun feminin dengan rok lebar, renda, dan aksesori klasik ala Victoria atau Rococo.

2. Decora: Fokus pada aksesori berlebihan yang penuh warna, mulai dari jepit rambut hingga perhiasan kecil yang dipasang di seluruh pakaian.

3. Gyaru: Fokus pada mode glamor ala barat dengan kulit yang sengaja di-tan dan riasan mata yang tebal.

4. Visual Kei: Dipengaruhi oleh rock dan glam, sering kali tampil dengan busana serba gelap, riasan dramatis, dan aksesori unik.

Harajuku Style di Dunia Global

Pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an, gaya Harajuku menarik perhatian internasional, terutama melalui para selebriti, media, dan internet. Desainer dan seniman dari seluruh dunia mulai mengadopsi gaya unik ini ke dalam karya mereka, menjadikannya inspirasi di banyak negara. Pada masa itu, penyanyi internasional seperti Gwen Stefani ikut mengenalkan Harajuku ke audiens global melalui lagu dan koleksi fesyennya. 

Gaya Harajuku di Era Modern

Gaya Harajuku terus berkembang dan beradaptasi. Meski Harajuku saat ini mungkin tidak seikonik masa lalu, namun gaya ini tetap menjadi salah satu bentuk ekspresi yang kuat dalam dunia fesyen. Melalui perkembangan media sosial dan festival fesyen, gaya ini masih mendapat tempat di kalangan anak muda yang terus mencari cara untuk menunjukkan identitas diri mereka. 

Di era modern, Harajuku tidak hanya lagi tentang busana atau tren sesaat, tetapi juga telah menjadi simbol kebebasan berekspresi, mendorong orang-orang untuk tidak takut tampil berbeda.

Penulis : Muhammad Afwan

Editor : Nivaldi

komuniasik@gmail.com

Fashion Minimalis: Tren Simpel yang Elegan dan Berkelas

Previous article

6 Jurus Ampuh Mengatasi Overthinking Saat Skripsi ala Mahasiswa Santai

Next article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *