Mahasiswa Tingkat akhir adalah mahasiswa yang memasuki masa akhir perkuliahan. Masa ini merupakan fase penuh transisi bagi mereka. Di satu sisi, mahasiswa tingkat akhir dihadapkan pada berbagai tugas akhir serta persiapan kelulusan, tetapi di sisi lain, mereka juga cemas tentang masa depan dan karir setelah menyelesaikan studi. Beban ini tak jarang memicu stres pada mahasiswa tingkat akhir.
Sumber stres pada mahasiswa tingkat akhir dapat dibagi menjadi dua faktor. Pertama adalah faktor internal diantaranya adalah pertama, tuntutan akademik yang tinggi, seperti menyelesaikan tugas akhir atau skripsi. Kedua, keresahan Masa Depan, seperti kekhawatiran tentang prospek kerja, finansial, dan kestabilan hidup setelah lulus. Ketiga, kurang percaya diri, seperti rasa tidak percaya diri akan kemampuan dalam menyelesaikan tugas akhir atau menghadapi dunia kerja. Keempat, kesulitan mengatur waktu, seperti kesulitan dalam membagi waktu antara mengerjakan tugas akhir, mencari kerja, dan kegiatan lainnya. Kelima, masalah pribadi, seperti hubungan keluarga, percintaan, atau keuangan dapat memperparah stres yang dialami mahasiswa.
Adapun faktor eksternal yang dapat menjadi sumber stres mahasiswa Tingkat akhir yaitu, pertama, tekanan keluarga dan masyarakat, seperti ekspektasi tinggi dari keluarga dan masyarakat untuk mendapatkan nilai bagus dan pekerjaan prestisius. Kedua, persaingan, seperti persaingan antar mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan atau beasiswa. Ketiga, lingkungan belajar, seperti lingkungan belajar yang tidak kondusif, tempat tinggal yang bising atau akses internet yang terbatas.
Dampak yang ditimbulkan dari kedua faktor stress di atas juga tak main – main. Stres dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik seperti sakit kepala, kelelahan, insomnia, dan penurunan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, stress juga bisa berdampak pada kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya. Konsentrasi dan fokus belajar pun berkurang sehingga berakibat pada penurunan performa akademik. Hubungan Sosial dari mahasiswa juga dapat terganggu karena stres dapat membuat mudah marah, tersinggung, dan menarik diri dari interaksi sosial.
Lalu bagaimana cara mengatasi stres pada mahasiswa tingkat akhir? Meskipun stres adalah hal yang wajar, penting bagi mahasiswa untuk mengelolanya dengan baik agar tidak berakibat negative. Berikut cara – caranya.
- Mengelola waktu, seperti membuat jadwal belajar dan kegiatan yang realistis dan patuhilah jadwal tersebut.
- Mencari dukungan, seperti berbagi masalah dengan teman, keluarga, dosen, atau konselor dapat membantu meringankan beban stres.
- Menjaga kesehatan fisik, seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan istirahat yang cukup dapat membantu meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
- Relaksasi, seperti melakukan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam untuk membantu menenangkan pikiran dan tubuh.
- Mencari bantuan professional, jika stres sudah terasa sangat berat dan mengganggu aktivitas, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau psikiater.
Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengatasi stres. Temukan strategi yang paling cocok untuk diri sendiri dan jangan ragu untuk mencari bantuan ketika membutuhkannya. Selain cara – cara di atas, stres juga dapat dicegah. Berikut tips – tips mencegah stress pada mahasiswa tingkat akhir.
- Membuat skala prioritas, seperti menetapkan skala prioritas untuk tugas dan kegiatan agar terhindar dari rasa kewalahan.
- Menjaga pola hidup sehat, seperti menjaga pola makan, olahraga teratur, dan tidur yang cukup dapat membantu meningkatkan stamina dan ketahanan tubuh.
- Membangun relasi yang positif, seperti menjalin hubungan yang baik dengan teman, keluarga, dan dosen untuk mendapatkan dukungan sosial yang positif.
- Menyiapkan diri sejak dini, seperti, jangan menunda-nunda tugas akhir hingga mendekati deadline.
Jika para mahasiswa tingkat akhir menerapkan langkah-langkah pencegahan dan pengelolaan stres yang tepat, pasti mereka dapat menjalani masa transisi ini dengan lebih tenang dan penuh keyakinan.
Penulis: Faisal Khairullah
Editor: Diah Ayu
Quarter Life Crisis: Kenapa Banyak Orang Mengalaminya dan Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Comments