Ilustrasi “Thrifting” di Pasar Senen, Jakarta.
Sumber: liputan6.com
Tampil berbeda dan unik dari yang lain menjadi keinginan kalangan anak muda saat ini. Hal ini seringkali membuat gaya hidup turut mengimbangi. Salah satunya ialah cara berpakaian. Anak muda zaman sekarang ingin terlihat berbusana trendy dengan barang-barang unik yang limited. Dengan begitu, keinginan terhadap memiliki barang yang keren memicunya untuk berbelanja pakaian bagus namun tetap dengan harga yang murah.
“Thrifting” pakaian dan aksesoris sudah akrab diperbincangan. Fenomena ini belakangan ramai di kalangan anak muda. Hanya dengan harga yang murah sesuai kantong mereka mampu mendapatkan barang yang bagus dan berbeda dengan barang dipasaran.
Apa sih “Thrifting” itu? “Thrifting” atau “thrift” merupakan kegiatan membeli barang bekas atau impor yang masih bagus dan layak pakai. Nah, siapa yang tidak tergiur kalau bisa mendapat barang bagus dengan harga murah namun kualitasnya tetap juara? Ya, inilah yang dilakukan khususnya oleh anak muda berburu pakaian bekas layak pakai untuk tetap bergaya keren.
Daya Tarik “Thrifting” Bagi Fashion Anak Muda
Selain memenuhi kebutuhan gaya hidup, ternyata“Thrifting” memiliki daya tarik tersendiri bagi anak muda untuk berburu pakaian bekas impor ini. Kira-kira apa saja, ya?
Pertama, identik dengan barang impor atau bermerek namun kualitasnya yang bagus. Jika diimingi dengan kualitas tinggi namun memiliki harga yang murah sudah pasti banyak konsumen yang ingin membeli. Tidak menutup kemungkinan selain dipakai sendiri, barang hasil “Thrifting” juga kerap kali dijual kembali oleh second hand.
Kedua, mengurangi limbah pakaian. Sebagai salah satu bentuk promosi dari suistanable living, “Thrifting” bisa dikatakan sebagai upaya zero waste, lho. Dengan begitu sampah pakaian dapat berkurang. Selain mendapat barang bekas impor yang bagus, hasil buruan “Thrifting” ternyata bisa menjadi solusi bagi sampah tekstil yang serius bagi lingkungan. Sebanyak 6,1 ton limbah kain pernah ditemukan di Pantai Timur Ancol, Jakarta. Sampah kain ini bahkan lebih mendominasi daripada sampah plastik.
Disamping memiliki dampak yang baik, “Thrifting” ternyata juga memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan, lho.
Tengok Dampak Buruk “Thrifting”
Sisa limbah kain
Sumber: kompas.com
“Thrifting” dikatakan mampu mengurangi sampah kain, namun malah menjadi kasus baru bagi negara berkembang seperti Indonesia. Pertama, pakaian bekas impor yang kita dapatkan berasal dari luar negeri. Pakaian dan barang yang sudah tidak terpakai ini berasal dari negara maju. Artinya secara tidak langsung negara kita sebagai “tempat pembuangan”. Mengapa? Karena, pakaian bekas yang mereka kirimkan berarti sudah tidak terpakai meskipun memang ada sekian barang yang masih bagus dan layak digunakan.
Kedua, menjadi sampah baru bagi negara kita. Tidak semua barang bekas impor yang dikirimkan dapat dijual kembali oleh pedagang. Setidaknya ada 35% yang tidak layak jual. Lalu akan dikemanakan pakaian yang tidak layak jual ini? Pastinya akan dibuang dan menjadi sampah baru bagi kita.
Ketiga, bahaya bagi risiko kesehatan. Barang bekas impor dalam hal ini pakaian yang ditimbun lama sudah dipastikan akan berjamur. Tidak hanya jamur, bakteri juga akan menempel pada pakaian. Bahkan telah dilakukan penelitian ada bakteri-bakteri yang tidak bisa hilang meskipun pakaian tersebut telah dicuci berkali-kali. Hal ini bisa menjadi ancaman kesehatan bagi para konsumen “Thrifting”.
Keempat, memicu sikap konsumtif. Sikap konsumtif ini dikarenakan merasa mampu membeli pakaian dengan murah sehingga tidak memikirkan kegunaanya. Bisa jadi hanya tergiur tetapi berujung dengan menimbun pakaian dan berujung membuangnya lagi. Hal ini juga bisa merusak pasar industri lokal dan berujung pemutusan hubungan kerja karena konsumen lebih memilih barang bekas impor daripada barang dalam negeri.
Bagaimana jika tetap ingin bergaya trendy?
Jangan khawatir, masih ada solusi jika ingin bergaya keren. Lakukanlah pakaian turunan atau konsep tukar baju. Selain membantu mengurangi limbah pakaian, hal ini juga tetap membantu perekonomian industri tekstil lokal. Sehingga industri di negara kita tetap berjalan dan kamu masih bisa menggunakan pakaian yang trendy.
Jika tetap ingin berburu pakaian dengan “Thrifting”, pastikan kamu akan menggunakan pakaian itu untuk jangka waktu yang lama. Jika sudah tidak muat lagi bisa disimpan dahulu dan diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan. Sebelum menggunakan pakaian hasil “Thrifting”, jangan lupa untuk langsung mencucinya beberapa kali dan pastikan sudah bersih sehingga mengurangi risiko penyakit kulit.
Meski memiliki harga yang murah, “Thrifting” juga perlu hati-hati dan tetap sesuai dengan kebutuhan. Jangan sampai berniat untuk mengurangi sampah pakaian malah berujung menimbun sampah baru bagi lingkungan. Akan lebih baik pula jika melakukan “Thrifting” barang bekas dalam negeri sehingga tetap menjaga kestabilan industri di negara sendiri.
Penulis: Wafa Thuroya Balqis
Comments