Kepemimpinan seharusnya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi diartikan sebagai suatu pengorbanan dan amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya.
Kepemimpinan juga bukan tentang kesewenang-wenangan untuk bertindak, tetapi kewenangan untuk melayani, mengayomi, dan berbuat dengan seadil-adilnya.
Kepemimpinan adalah sebuah keteladanan dan kepeloporan dalam bertindak. Kepemimpinan semacam ini akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai keadilan.
Banyak orang yang berkata, leader harus seperti ini dan seperti itu. Leader melakukan ini dan melakukan itu. Is it true what people say about being a leader?
Ambisi Seorang Leader itu Penting
Berkeinginan untuk membuat semua plan nya berjalan dengan baik adalah ambisi setiap pemimpin. Pemimpin mana yang mau kapalnya tenggelam?
Ambisi memang harus dimiliki oleh setiap orang. Apalagi seorang leader. Bagaimana mungkin seseorang bisa memimpin anggotanya jika tidak memiliki ambisi? Bagaimana bisa ia membawa kehidupan anggotanya menjadi semakin baik tanpa ambisi?
Sayangnya, ambisi juga merupakan challenge dan berpeluang membuat leader mengalami stress. Faktor yang membuat ambisi ini menjadi tantangan bagi seorang leader adalah kemungkinan kurangnya pengetahuan, tidak adanya partner, minim pengalaman, relasi yang sedikit, atau bahkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Melihat hal tersebut, memang sebaiknya seorang leader memiliki keyakinan untuk terus belajar dari kegagalan, mempersiapkan mental dalam menghadapi kemungkinan yang terjadi untuk terus bangkit. Maka dari itu, seorang leader harus selalu percaya diri dan juga berusaha untuk menumbuhkan mindset tidak takut untuk mencoba suatu hal.
Leader Bekerja Sendiri ?
Kata orang, leader memang sudah sepantasnya bekerja sendiri. Tapi apakah pernyataan tersebut benar? Nyatanya tidak.
Menurut John C. Maxwell, menjalin hubungan baik dengan orang lain atau dengan partner kita meskipun kita merupakan seorang leader adalah hal yang penting. Kenapa begitu? Pasalnya, dengan hubungan yang baik akan membuat seorang leader lebih mengenal orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Selain itu, hal ini cukup penting untuk bisa mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi oleh orang lain. Khususnya partner kerja kita.
“Loh, itu kan urusan pribadi”. Yea, That’s right. Tapi juga setidaknya kita bisa mengetahui kulit permasalahan dari partner kita agar tidak menimbulkan masalah dengan pekerjaan atau amanah yang sedang dilakukan bersama.
Ketahuilah bahwa emosi bukan hal yang baik. Seorang leader yang bisa menjadi support system akan membuat pekerjaan terasa menyenangkan. Pasalnya, leadership bukan hanya tentang memimpin. Tapi hubungan dua arah yang harus dijalin dengan baik.
Pada dasarnya, kesempatan tidak dapat dibangun berulang-ulang, banyak hal yang harus kita selesaikan secara objektif, tanpa emosi, dan jelas.
Merasa Kesepian Saat Menjadi Leader
Menjadi seorang pemimpin memang bukan hal yang mudah. Dan acap kali kita merasa seperti sendiri. Memikirkan tentang kebenaran akan keputusan yang sudah diambil untuk para anggotanya.
Selain itu, rasa kesepian timbul karena rasa enggan untuk bercerita mengenai struggle yang dihadapi karena posisinya sebagai pemimpin. Karena hal tersebut akhirnya membuat seorang pemimpin berpikir bahwa tidak ada seorangpun yang mampu memahami dirinya.
Lalu bagaimana cara seorang leader bertindak ketika perasaan ini menghantui? Mencari teman? Atau bahkan mencari pacar? No.
Yang harus kita cari adalah diri kita sendiri. Cobalah untuk mengevaluasi diri tentang apa yang membuat perasaan kesepian itu hadir, menerima diri apa adanya, dan mengenal diri sendiri; dimana letak kelemahan maupun kelebihan kita. Dengan memahami diri sendiri, perasaan kesepian itu tidak akan muncul dalam diri kita.
Transforming Leaders to Mindful Leaders
Tidak setiap hal harus melalui proses yang cepat dan setiap hal tidak harus melalui proses seperti yang kita mau. Ada waktu bagi kita untuk terus berjalan, dan ada waktu bagi kita untuk berhenti sebentar atau berjalan pelan untuk melihat sesuatu yang lebih besar.
Tak sedikit dari para leader terbaik yang merasa hari-hari mereka kosong meskipun sudah mencapai banyak target. Kenapa bisa seperti itu?
So, the answer is “Space”. Seringkali seseorang tidak memiliki cukup ruang untuk bernafas, berpikir, mendengarkan orang lain atau bahkan dirinya sendiri. Bagaimana kita bisa menjalin hubungan baik dengan partner kita kalau kita tidak memiliki spasi dalam hidup?
Berhentilah terlalu sibuk memikirkan atau membandingkan pencapaian orang lain. Nikmatilah apa yang sudah kita perjuangkan selama ini. Memang rasa cepat puas tidak baik. Akan tetapi terkadang manusia tidak mengetahui batas atau kapan saat nya untuk berhenti. Selama kita masih diberi energi dan juga kemampuan dari Tuhan untuk terus berkarya, maka kita harus memaksimalkan hal tersebut.
Namun, kalau Tuhan tidak memberikan nikmat tersebut, sudah seharusnya bagi kita memiliki rasa legowo dalam menerima kekalahan dan terus mencoba. Jangan sampai pikiran negatif mempengaruhi kita ketika kita. Negative thinking hanya akan menjadi beban untuk kita. Terutama untuk seorang leader.
Konsep Kepemimpinan dalam Islam
Imam Al-Mawardi dalam Kitab Al-Ahkam Al-Sulthaniyah menjelaskan tentang hukum dan tujuan menjalankan kepemimpinan. Beliau mengatakan bahwa menegakkan kepemimpinan merupakan suatu keharusan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Selain itu, Beliau juga mengatakan bahwa keberadaan pemimpin merupakan hal yang sangat penting karena seorang pemimpin memiliki dua tujuan:
- Likhilafati an-Nubuwwah fi-Harosati ad-Din, yakni sebagai pengganti misi kenabian untuk menjaga agama.
- Wa sissati ad Dunya, untuk memimpin atau mengatur urusan dunia.
Dengan kata lain, tujuan suatu kepemimpinan adalah untuk menciptakan rasa aman, keadilan, kemaslahatan, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, mengayomi rakyat, mengatur, dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. - Menjadi leader bukan semata-mata sebagai fasilitas untuk menguasai dan bertindak semaunya. Tetapi leader adalah tentang untuk menjadi sosok yang mampu mengayomi, bersikap adil, dan mampu merasa ikhlas dalam mengemban amanahnya.
- Ada banyak struggle yang dialami oleh para pemimpin pada saat mengemban amanahnya. Cobalah untuk menikmati segala proses untuk bisa menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya.
Penulis: Dian Ayu Safitri (Sharia Economic Forum Universitas Gunadarma)
Penyunting: Hilya Maylaffayza (Tim Redaksi Komuniasik)
Comments