Sejak akhir Agustus 2024 kemarin, para Anker atau Anak Kereta dibuat terheran-heran dengan berita naiknya tarif KRL. Mengutip dari bisnis.com (11/09), Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengatakan bahwa sudah ada rencana terkait kenaikan tarif berbasis NIK sebesar Rp.1000 perak. Belum ada kelanjutan pasti kapan akan mulai berlaku karena masih menunggu kepastian dari kabinet Presiden baru.
Kenaikan tarif tersebut diklaim sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan pelayanan umum di bidang transportasi dan penyediaan informasi publik. Juga untuk mendapatkan sasaran yang tepat, maka diberlakukannya tarif KRL sesuai NIK.
Walaupun masih dalam tahap perencanaan, para pengguna KRL tentunya banyak yang tidak menyetujui apabila kebijakan tersebut dilanggengkan. Salah satu fasilitas transportasi umum terbanyak yang digunakan oleh masyarakat Indonesia setiap harinya adalah KRL. Kepadatan stasiun, peron, gerbong, selalu dirasakan oleh para Anker demi menghindar dari hiruk pikuk kemacetan dan polusi kota.
Maka, tersiarnya kabar kenaikan tarif walau hanya 1 ribu perak sukses menjadikan yang mendengarnya sesak. Proses informasi dari kalimat sederhana tadi bisa sampai pada tahap berpikir apakah besok kebutuhan kelangsungan hidupnya masih bisa terpenuhi atau malah sebaliknya.
Yang lebih diherankan adalah dengan tarif yang selama ini berlaku pun tidak ada perubahan signifikan terhadap fasilitas KRL. Kepadatan yang selalu menumpuk di rush hour seakan-akan memang sudah menjadi kebiasaan yang diwajarkan. Transportasi umum yang seharusnya menjadi salah satu alternatif kendaraan untuk mengurangi polusi malah penumpangnya dijadikan sebagai sapi perah.
Apabila kebijakan tadi betul-betul akan diberlakukan, maka sebaiknya utamakan perubahan signifikan yang mengutamakan kenyamanan dan keamanan para penumpang. Seperti perbanyak gerbong kereta, pertambah AC, perketat keamanan dan kebersihan di sepanjang jalur kereta. Para Anker pun tidak akan mempermasalahkan problema kenaikan tarif barang 1 ribu perak jika perubahannya langsung bisa dirasakan. Tapi pertanyaannya adalah, akankah demikian?
Penulis: Melda Wulandari
Comments