Pernah dengar atau bahkan membaca novel Pergi karya Tere Liye pada tahun 2018? Novel Pergi merupakan buku kedua setelah Pulang. Adakah dari kalian yang berpikir mengapa novel pulang dulu baru novel pergi? Padahal konsepsi ini sejalan lurus dengan istilah yang biasa kita gunakan yaitu pulang-pergi. Lalu apa masalahnya? Masalahnya pada pengetahuan kita bahwa semestinya pergi dulu baru pulang. Mengapa tatanan verbal kita bertolak belakang dari pengetahuan kita?
Novel Pergi berkisah bagaimana ekonomi dunia bergerak, contohnya simpan-pinjam uang, property, bahkan manusia. Buku ini cocok sekali dibaca di tengah ekonomi dunia sedang lesu. Selain itu, tujuh miliar penduduk termasuk kamu, harus tahu istilah shadow economy agar pemahaman atas ekonomi tidak melulu hanya materil tapi lebih besar daripada itu.
Jawabannya jeng jeng. Pulang-pergi merupakan istilah yang lazim digunakan masyarakat, bahkan kelaziman tersebut menjelma menjadi kebakuan dalam KBBI Daring. Mengapa pulang-pergi? Karena istilah tersebut lebih banyak menelan konotasi negatif dibandingkan positif, misal, orang mengeluh mengapa harus pulang-pergi?Tiada orang mengeluh pergi-pulang. Karena pada dasarnya seseorang menginginkan pulang dibanding pergi. Hal ini juga dipengaruhi oleh psikologis diri.
Lebih jauh lagi, istilah pulang-pergi betul adanya karena sejatinya kehidupan ini bermarwah kepada pulang ke Pencipta Alam Semesta lalu pergi ke tempat yang telah ditentukan sesuai bekal yang dibawa sebelum “pulang”. Menarik memang menyimak dan menyikap makna dalam suatu kata. Ada banyak lagi teka-tekinya. Mari dibaca untuk menemukannya.
Selamat berakhir pekan
Penulis : Fatma (Penikmat bahasa, pecinta sastra)
Comments