Uncategorized

‘Keripik Rumahan’ cepat habis! Intip Cara Jitu Ala Ibu Marni

Penjualan Keripik Rumahan

Pernahkah Anda mendengar tentang kesuksesan bisnis keripik rumahan? Di tengah pandemi COVID-19, seorang ibu rumah tangga dari Desa Palasari, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, menemukan jalan keluar dari kesulitan ekonomi melalui usaha keripik rumahan. Mari kita pelajari kisah inspiratif Ibu Marni dan bagaimana ia mengembangkan UMKM keripik rumahan yang sukses.

Awal Mula Usaha Keripik Rumahan

Senin (19/08), Ibu Marni memulai perjalanan usahanya di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi COVID-19. Dengan pemasukan keluarga yang merosot tajam, ia memanfaatkan hobinya memasak untuk menciptakan peluang baru.

Proses Wawancara Ibu Marni Selaku Penjual Keripik Rumahan (Dokumentasi/Maya Maulidia)

Tak disangka, keripik buatan Ibu Marni menarik perhatian para tetangga, yang kemudian menjadi pelanggan tetap. Dari satu pesanan ke pesanan lainnya, usahanya perlahan tumbuh. “Sudah 11 tahun sih usahanya. Awalnya kepikiran karena punya anak banyak jadi perlu bayaran sekolah buat mereka, soalnya mau masuk SMA kan,” ungkap Ibu Marni. Ia pun mendapat dukungan dari suaminya, yang mendorongnya untuk terus berinovasi dengan produk baru.

Berbekal alat dan bahan yang ada di rumah, Ibu Marni mulai membuat keripik yang awalnya hanya dinikmati keluarga. Tak disangka, aroma dan kerenyahan keripiknya memikat para tetangga yang perlahan menjadi pelanggan setia. Dari satu tangan ke tangan lain, pesanannya bertambah dan membuka jalan baru bagi usaha kecil yang berawal dari cinta akan masak.

Proses Produksi dan Penjualan Keripik Rumahan

Pengenalan Produk Makanan Keripik Rumahan Ibu Marni (Dokumentasi/Maya Maulidia)

Selama proses produksi keripik rumahan, Ibu Marni dibantu oleh saudara dan anak-anaknya dari pukul 04.00 hingga pukul 06.00. Adonan dan bumbu selalu dibuat oleh Ibu Marni agar citra rasa tidak berubah. Tetangga dan anak-anak pun bantu goreng menggoreng, menggiling adonan, dan packing kemasan.

Teknis jualan keripik rumahan Ibu Marni dikenal dengan sistem siapa cepat dia dapat. Sebab, ia tidak mau dengan sistem hutang. “Kalau kita ngambil duit duluan dari orang, kan kita sama aja kayak punya hutang. Belum lagi kalau nanti ternyata gak kepegang, pasti orang itu marah ya. Itu aja kita gak ngambil duit dan orang ga kedapatan marah, apalagi kalau ngambil,” kata Ibu Marni.

Keripik rumahan fresh from the oven lalu siap untuk dijual atau diambil orang. Cara jitu yang dipakai Ibu Marni yakni sebelum customer membeli, ia diberikan tester pertama terlebih dahulu dan menjadi pelanggan setia ‘keripik rumahan’. Selain itu, harga pun juga terjangkau, sekitar Rp5.000 per pieces. Dalam satu hari, keripik rumahan bisa terjual sekitar 3,5 kg yakni 2 kg keripik bawang original dan 1,5 kg makaroni dengan rasa pedas manis.

Dengan penuh percaya diri, kesabaran, dan kerja keras, Ibu Marni yakin rezeki tidak ketukar dan mampu memberikan yang terbaik untuk keluarga kecilnya. “Yang bikin saya terharu itu disitu, bersyukur lah kita. Jadi gak ke mana-mana dan orang yang datang ke kita. Ibarat rezeki udah ada yang ngatur selagi kita usaha juga ada produk makanannya,” ungkap Ibu Marni.

Inovasi dan Pengembangan Usaha

Seminar pelatihan UMKM KKN 130 Bhakti Ananta UIN Jakarta dengan tema “Inovasi Produk Sebagai Kunci Keberhasilan UMKM di Tengah Perkembangan Teknologi Digital” juga menjadi wadah diskusi dan batu loncatan untuk ke depannya. Pemilik produksi keripik rumahan, Ibu Marni, mengatakan kegiatan seminar ini dilakukan sebagai upaya pengulangan ilmu, manifestasi, dan pengarahan secara langsung tentang bagaimana berjualan di era digital.

Lebih lanjut Ibu Marni mengatakan, pada hari Sabtu (3/8), keripik rumahan menjadi contoh produk yang masukan dan saran tentang rasa keripik rumahan pun dapat diiberikan langsung oleh per materi sehingga bisa menambah semangat dan menjadi cuan untuk terus berinovasi di era digital. “Kita mah datang biar wawasannya nambah luas dan pasti bermanfaat. Jadi, saling menghargai aja gitu,” ujarnya.

Kini, usaha keripiknya berkembang pesat, dan tak hanya membantu keluarganya, tetapi juga memberi inspirasi bagi ibu rumah tangga lainnya di Desa Palasari. Meski usahanya berawal dari kebutuhan, Ibu Marni merasa bersyukur dapat menjalani sesuatu yang ia cintai.

Penulis: Maya Maulidia

Editor: Diah Ayu

Daftar Pustaka

Hasil wawancara Ibu Marni Selaku Penjual Keripik Rumahan, tanggal 19 Agustus 2024, pukul 11.59 WIB.

komuniasik@gmail.com

Bahaya Toxic Relationship: Kenali Ciri-Cirinya

Previous article

Workshop Literasi Media: Penangkalan Hoax yang Beredar Di Sosial Media

Next article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *