Uncategorized

Pengaruh Narasi Politik Terhadap Preferensi Pemilih dalam Pilpres 2024: Studi Kasus Kampanye dan Perdebatan Publik

Pilpres adalah agenda kontestasi politik yang rutin diselenggarakan 5 tahun sekali. Karena, pilpres ini guna menentukan siapa orang yang pantas dan layak untuk menjadi orang nomor 1 dan 2 di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Kata kontestasi ini akan sering terdengar menjelang pemilu akan digelar.

Dari banyaknya narasi yang beredar di berbagai macam platform atau media baik itu media digital maupun media cetak. Pasti akan kita jumpai narasi tentang masing-masing bakal calon presiden dari segala macam sisi. Mulai dari segi gagasan yang akan dicanangkan ketika bakal calon ini menjadi presiden nantinya, track record yang pernah bakal calon menjabat sebelum mencalonkan menjadi presiden, sampai karakter pribadi bakal calon presiden tersebut pasti akan bermunculan di media.

Inilah peluang dan tantangan yang amat besar bagi para pemilih untuk mampu menganalisis bakal calon siapa yang pantas untuk mampu memimpin Indonesia kedepannya. Karena, pemilu bukan sekedar ajang memilih calon presiden semata melainkan pilpres ini sebagai penentu bagaimana Indonesia 5 tahun kedepannya. Maka, dari itu kita sebagai pemilih harus bijaksana dan selektif memilih informasi untuk di jadikan landasan pengetahuan tentang masing-masing bakal calon yang akan mendaftarkan di pilpres 2024.

Seiring berjalannya teknologi yang semakin pesat, kita juga harus mampu menyeimbanginya dengan memperbanyak literasi politik melalui media yang ada. Baik itu media cetak maupun media digital. Karena, pada dasarnya kita sebagai makhluk yang konsumtif yaitu mencerna segala macam yang masuk dalam diri kita. Tidak semua yang kita cerna berbentuk fisik (makanan) saja, melainkan ada juga yang berbentuk non fisik salah satunya informasi. Segala informasi yang kita terima bersifat abstrak karena kebenaran dan kenyataannya belum tentu divalidasi dan apapun yang kita cerna mampu membentuk karakter bahkan pola pikir kita kedepannya. Jadi, segala apapun yang kita baca, dengar, dan apapun yang diterima oleh panca indera kita mampu menjadikan kepribadian kita terlihat jelas. Solusinya yaitu dengan memperbanyak dan senantiasa memperbarui literatur apa yang kita konsumsi terkhusus apapun yang kita konsumsi di media digital.

Media digital khususnya media sosial yang notabene penggunanya adalah anak anak muda dan penyebarannya yang luas sekali tidak ada batasan di dalamnya. Hal ini harus selalu ada pembekalan dan pendampingan guna menjadikan bijaknya anak anak muda dalam menggunakan media sosial.

Menjelang pilpres 2024, tahapan kampanye pun sudah dimulai oleh masing-masing bacapres dan bacawapres beserta partai politik pengusungnya. Pemberitaan tersebut pun tidak lepas dari media sosial untuk penyebaran informasi mulai dari sektor yang dikunjungi, penyamapaian gagasan yang akan dibawa 5 tahun kedepan, sampai track record ketika masing-masing bacapres menjabat sebelumnya. Hal ini yang selalu diolah oleh partai politik pengusungnya untuk mengembangkan bacapres dan bacawapres dikenal, dicintai dan dipilih oleh para pemilih.

Sedangkan dari sisi perdebatan publik terjadi karena antusias dan sikap fanatisnya para pendukung masing masing calon untuk mempertunjukkan bahwa calon yang mereka dukung lebih dari calon yang lain. Selain kita melihat dari segi kampanyenya kita juga harus mampu menilai dari sikap bakal calon untuk menghadapi masalah yang ada. Karena perdebatan publik ini akan membentuk politik adu domba yang dimana hal ini akan memperkeruh suasana demokratis yang ada di Indonesia.

Maka itu, kita sebagai masyarakat Indonesia harus mampu bersikap adil, bijaksana dan visioner untuk menciptakan Indonesia negara yang lebih maju dan mampu mencapai nilai nilai kebangsaan yaitu negara yang bekeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Penulis: Muhamad Banu Naqueb

Peer Review: Syahril Firmansyah

Sumber: https://rejogja.republika.co.id/berita/rrsq1t399/pengaruh-narasi-politik-media-sosial-jelang-pilpres-2024

MENGENAL OVERSHARING, APA ITU? BAGAIMANA DAMPAKNYA?

Previous article

KENALI FENOMENA GHOSTING, APAKAH ITU JAHAT?

Next article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *