Uncategorized

Kebudayaan Betawi di Era Modern: Menghadapi Perubahan dan Mempertahankan Identitas

Suku Betawi, suku asli Jakarta yang makin hari keberadaannya tertutupi oleh suku suku lain yang datang ke Jakarta. Artikel ini membahas tentang kebudayaan Betawi dalam konteks modernisasi dan globalisasi. Kali ini kita akan mengeksplorasi bagaimana kebudayaan Betawi beradaptasi dengan perkembangan zaman, serta upaya yang dilakukan untuk mempertahankan identitas budaya. Kebudayaan Betawi tidak hanya terancam oleh perubahan zaman, tetapi kebudayaan Betawi juga memiliki potensi untuk berkembang dan relevan dalam era modern.

Kebudayaan Betawi merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang unik dan beragam. Namun, dengan perkembangan zaman yang cepat, kebudayaan Betawi juga menghadapi tantangan untuk tetap relevan. Perubahan teknologi, arus globalisasi, dan pergeseran nilai-nilai sosial telah mempengaruhi cara masyarakat Betawi berkomunikasi, berhibur, dan berinteraksi.

Pada masa lalu, masyarakat Betawi memiliki pola komunikasi yang khas, seperti menggunakan bahasa Betawi yang langsung dan nyablak. Namun, dengan masuknya teknologi informasi, pola komunikasi ini mulai berubah. Masyarakat Betawi sekarang lebih suka berinteraksi melalui media sosial seperti Instagram dan YouTube, yang memungkinkan mereka untuk menampilkan konten budaya yang menarik dan interaktif.

Jika kita berbicara tentang perkembangan kesenian, maka kesenian Betawi juga telah berkembang menjadi lebih modern dan inovatif. Contohnya, Wayang Orang Modern, Kolaborasi Musik, Pantun Betawi Modern, dan Street Art telah menjadi andalan masyarakat Betawi. Kesenian-kesenian ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai cara melestarikan tradisi dan inovasi yang ada di Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 sebagai payung hukum untuk melestarikan budaya Betawi. Selain itu, Pemprov DKI juga menerbitkan Peraturan Gubernur 2018 tentang Kurikulum Muatan Lokal yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Jakarta terhadap pelestarian budaya Betawi. Masyarakat Betawi juga melakukan berbagai upaya lain seperti mempromosikan kebudayaan Betawi lewat festival sepanjang tahun dan memadupadankan kesenian tradisional dengan seni modern.

Budaya Betawi tidak hanya menghadapi tantangan internal seperti kurangnya kesadaran generasi muda terhadap identitas budaya, tetapi juga tantangan eksternal seperti arus globalisasi yang mempengaruhi nilai-nilai sosial. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengakui dan mengikuti perubahan dengan bijak. Misalnya, dengan menggunakan teknologi informasi untuk menampilkan konten budaya yang menarik dan interaktif, sehingga generasi muda lebih tertarik untuk memahami dan melestarikan kebudayaan Betawi.

Kebudayaan Betawi di era modern tidak hanya terancam, tetapi juga memiliki potensi untuk berkembang dan relevan. Dengan berbagai upaya pelestarian budaya dan adaptasi terhadap perkembangan zaman, kebudayaan Betawi dapat tetap hidup dan berkembang. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Betawi dan pemerintah untuk terus mempromosikan dan melestarikan kebudayaan Betawi agar tetap relevan di masa depan.

Jika berbicara tentang kebudayaan Betawi, banyak dan beragam jenisnya, mulai dari Tari, Pakaian Adat, Seni bela diri, makanan, dan lain lain, berikut kebudayaan dan ciri khas Betawi yang jarang diketahui Gen Z dan bahkan sudah mulai dilupakan : 

  1. Makanan dan minuman khas Betawi ( Kue Dongkal, Selendang Mayang, Bir Peletok) 

Kue Dongkal

Sumber : Senibudayabetawi.com

Dongkal merupakan makanan khas Betawi yang terbuat dari  terbuat dari tepung beras yang kemudian dikukus dan diisi dengan duka aren. Tak lupa, yang menjadi ciri khasnya, yakni cetakannya yang berbentuk tumpeng. Kue dongkal yang telah matang biasa disajikan bersama parutan kelapa. Sekilas, rasa kue ini mirip dengan jajanan kue putu.

Selendang Mayang

This image has an empty alt attribute; its file name is AD_4nXcJ5eaL70CmWJdxEvyAC0-QYyZr7cqJchDPc-6djxapT6kRHgn-kaIUyMjgmKPHd2Gb4GU-PSpX4fJw_45pjQWvrb9zhJShC06mUoQIeitvvJNQgvzJQYSHh2kdg7m-7wAB4lhmSR1k1B6mTxlOP0yeivsUbygRxSzDsD0j3gMdhZ5bM_aW4LM
Sumber : IDN CITIZEN

Selendang Mayang terbuat dari campuran tepung beras dan tepung hunkwe (tepung sagu), yang dibentuk menjadi potongan kecil berwarna-warni mirip dengan kue lapis. Minuman ini biasanya disajikan dengan kuah santan dan gula merah, serta es serut, menjadikannya pilihan yang menyegarkan di cuaca panas. Warna-warna cerah pada Selendang Mayang—merah, hijau, dan putih—melambangkan keanekaragaman budaya Betawi dan sering kali menggugah selera.

Bir Pletok

This image has an empty alt attribute; its file name is AD_4nXfTCyJe_73v9moGuR3mzPFYzMIgNKDk-PUHKWZPmEkE04X5Bzw4DVXhSXPy2qVGquYlIZpmHuEWdr_Ux9cXlVYy7JDETCFLQ6ot6Hg74ynbHPwbOHZV_yFtjKqe4aZhXs3WcMHeOqajQ8plnU4eYEnqhBXyT0Q76ex7KB8eaQrMRAKVucfMOME
Sumber : Kompas.com

Bir Pletok diciptakan oleh masyarakat Betawi sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya minum alkohol yang diperkenalkan oleh Belanda selama masa kolonial. Meskipun namanya “bir,” Bir Pletok tidak mengandung alkohol dan merupakan minuman herbal yang segar dan beraroma kuat. Bir Pletok terbuat dari campuran rempah-rempah.

  1. Musik Sampyong

Musik sampyong merupakan musik rakyat Betawi pinggiran yang paling sederhana dibanding musik Betawi lainnya. Nama musik ini berasal dari nama salah satu alat musik, yaitu sampyong, semacam kordofan bambu berdawai dua utas.

Orkes ini selalu mengiringi tari uncul dan permainan ujungan, yakni permainan yang terdiri dari dua pasangan laki-laki yang saling memukul betis lawannya dengan tongkat rotan sepanjang 80 cm.

  1. Gambang Kromong

Gambang Kromong adalah kesenian musik yang menggabungkan alat musik tradisional dengan lagu-lagu khas Betawi. Meskipun masih ada beberapa pertunjukan, jenis lagu Gambang Kromong Dalem yang klasik mulai jarang dipentaskan. Banyak generasi muda yang tidak mengenal atau tertarik untuk mempelajari kesenian ini

Berikut merupakan kebudayaan Betawi yang sudah mulai hilang dari peradaban, dengan adanya tranformasi digital, bukan berarti budaya dilupakan, justru seharusnya kebudayaan semakin berkembang. Bukan hanya kebudayaan Betawi saja, tapi seluruh kebudayaan yang ada di Indonesia harus dijaga kelestariannya.

Tags

Kebudayaan

Suku Betawi

Kuliner

Musik

Penulis: Muhammad Renardi Ariza

Editor: Diah Ayu

komuniasik@gmail.com

Kebudayaan Betawi di Era Modern: Menghadapi Perubahan dan Mempertahankan Identitas

Previous article

Peradaban Islam: Mercusuar di Tengah Kegelapan Dunia

Next article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *