Uncategorized

Gaya Hidup Seimbang dengan Stoicisme: Strategi Cerdas Menghadapi Ketidaknyamanan

Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, seringkali kita dihadapkan dengan berbagai hal dan alasan ketidaknyamanan yang berdampak pada ketidakseimbangan mental serta emosional kita. Yang mana ketidaknyamanan ini bisa muncul dalam beragam bentuk, baik itu berupa hal sepele, seperti menunggu antrian lama, terpegung kemacetan di jalan, atau berdesakan dengan banyak orang didalam kereta, maupun tantangan yang intensitasnya lebih besar seperti dipecat dari pekerjaan, menghadapi masalah mental, hubungan yang tidak lancar. Tentunya semua situasi tersebut dapat menjadi sumber stress dan frustasi jika tidak ditangani dengan baik juga bisa berakibat negatif pada kualitas hidup kita. Oleh karenanya memegang prinsip hidup ala Stoicisme akan memberikan tuntutan yang berharga dalam menjalani gaya hidup yang seimbang, tenang, dan menjauhkan kita dari alasan-alasan yang dapat memicu stress dengan mudah.

Apa itu Stoicisme?

Secara sederhana Stoicisme bisa kita pahami dengan suatu ajaran yang menekankan pentingnya mengendalikan reaksi kita terhadap situasi yang tidak bisa kita ubah. Stoicisme adalah sebuah filosofi yang sudah ada sejak zaman dahulu, ribuan tahun lalu yang lahir dari Yunani kuno. Stoic akan mengajak kita untuk memahami bahwa emosi seringkali dipicu terhadap pemaknaan terhadap sebuah kejadian, bukan karena kejadian itu sendiri. Dalam arti lain, respon kita terhadap suatu situasi sangat bergantung pada cara kita melihatnya. Prinsip dasar dari Stoicisme adalah melatih penggunanya untuk fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan dan menerima dengan lapang apa yang terjadi diluar kendali tersebut. Prinsip Stoic ini bisa menjadi cara yang ampuh dalam menghadapi ketidaknyamanan yang muncul dalam menjalani kehidupan ini.

Menghadapi Ketidaknyamanan dengan Stoicisme

Rasa tidak nyaman, gangguan, kesulitan, dan serupanya merupakan bagian yang tak akan terpisahkan dari hidup yang berjalan seiringan dengan hal-hal sebaliknya; rasa nyaman, tentram, kemudahan. Paham Stoic hadir mengenalkan pada kita bagaimana cara menghadapi hal negatif dan kejadian yang tak disukai dengan cara yang lebih konstruktif. Dalam sudut pandang ilmu Stoik, setiap tantangan yang ada baik itu berupa kegagalan, kesulitan, penolakan, atau bahkan kehilangan sekalipun- merupakan ajang kesempatan kita untuk tumbuh serta momentum refleksi diri. Misalnya, saat kita dihadapkan dengan kegagalan dalam pekerjaan atau urusan hubungan percintaan, alih-alih meratapi keadaan dan menyalahkan diri sendiri hingga frustasi menghampiri, Stoicisme justru mendorong kita untuk merenungkan apa pelajaran yang bisa kita ambil dari pengalaman tersebut. Menggali sisi positif yang bisa kita temukan di antara serpihan luka yang menghujam. Dengan cara seperti itu, kita tidak akan terfokus pada rasa sakit saja, tetapi juga mampu melawan rasa tidak nyaman dengan lebih baik juga memperkuat ketahanan mental agar tidak mudah goyah dan putus asa.

Prinsip yang dihadirkan Stoicisme yang juga penting untuk diketahui adalah ketidaknyamanan itu biasanya datang disebabkan bagaimana kita dalam merespon sesuatu. Ketidak menghadapi stress ketidaknyamanan, cemas- Stoicisme mengajak kita untuk mengalihkan perhatian dan fokus pada tindakan seperti apa yang bisa kita ambil. Bukan berarti dalam hal ini adanya pengabaian terhadap perasaan, tetapi kita belajar untuk tidak terpaku dalam pikiran negatif yang berlarut-larut. Misalnya, ketika kita merasa cemas saat akan melakukan presentasi atau kegiatan yang mengharuskan kita bicara didepan banyak orang, alih-alih membuang waktu dengan overthinking yang tak perlu, mencemasi apa yang belum terjadi, terus memikirkan kemungkinan buruk akan gagal atau disoraki, kita bisa bertanya pada diri sendiri, “Apa yang bisa aku lakukan saat ini untuk mengatasi situasi nanti?” ini bisa berarti menyiapkan materi yang ingin dibawakan, berlatih bicara didepan cermin untuk memboost rasa percaya diri, belajar artikulasi mandiri agar tidak kaku dan bicara dengan luwes, atau bisa juga mengambil sejenak waktu untuk beristirahat dan merelaksasi pikiran.

Stoicisme menekankan akan pentingnya penerimaan terhadap realitas. Menerima bahwasannya ada banyak hal yang diluar kendali kita dan tidak bisa kita paksakan untuk berjalan sesuai yang kita inginkan- seperti reaksi orang lain, tindakan orang lain, keadaan ekonomi, sulitnya melawan persaingan kerja, bencana alam- merupakan langkah penting untuk mengatasi stress dari kecemasan. Memahami dan menanamkan stigma bahwa semua hal yang terjadi tidak dapat kita kendalikan, kita bisa mengalihkan fokus pada apa yang kita kendalikan yakni, tindakan kita dan ucapan kita. Dengan mencontoh dan mengaplikasikan Stoik ini, memungkinkan kita menghargai perjalanan kehidupan dengan segala rute dan lika-likunya merupakan bagian penting dari pengembangan diri.

Integrasi Mistisisme dalam Kehidupan Sehari-hari

Dibawah ini akan disajikan beberapa cara cerdas mengintegrasikan Stoicisme dalam gaya hidup sehari-hari yang bisa kamu coba praktekan:

  1. Belajar Mengelola Ekspektasi: Mengelola ekspektasi merupakan kunci utama dalam menghadapi ketidaknyamanan yang kita temukan. Ketika harapan segala sesuatu yang direncanakan dengan matang akan berjalan baik dan sempurna, dan pada kenyataannya yang terjadi justru sebaliknya tentu dari sana kita akan ditampar oleh stress dan frustasi. Dengan memahami bahwa ketidaknyamanan dan gangguan merupakan bagian alami dari kehidupan, memungkinkan kita lebih siap dalam menghadapinya. Misalnya, ketika di perjalanan saat pergi berangkat kerja atau kuliah pagi-pagi, inginnya datang tepat waktu namun kemacetan membuat kita terjebak di tengah jalan, alih-alih merasa kesal, kita bisa memanfaatkan waktu menunggu jalan kembali lancar dengan mendengarkan podcast, lagu, radio atau mungkin mencatat note-note kecil di ponsel. Dengan cara seperti itu, tidak hanya mengalihkan fokus pada kemacetan tetapi juga membuat kita bijak dalam memanfaatkan waktu untuk hal yang lebih bermanfaat.
  2. Belajar Melatih Rasa Syukur: Stoik, mengajarkan akan pentingnya menumbuhkan rasa syukur di keadaan sulit sekalipun. Dengan cara meluangkan waktu untuk merenungkan hal-hal yang kita punya dan bersyukur karenanya, akan membangun perspektif yang lebih positif dan mengurangi ketidaknyamanan dari dampak negatif. Cara ini bisa dilakukan dengan journaling setiap pagi dan malam hari, mencatat tiga hal positif yang akan kita temukan sebelum menjalani hari dan mencatat tiga positif apa yang kita temukan dalam sehari itu. Tidak harus hal besar, untuk secangkir kopi hangat di pagi hari, diberi senyuman oleh teman kerja, atau progress pekerjaan adalah bagian yang bisa disyukuri.
  3. Belajar Fokus pada Apa yang Bisa Dikendalikan: Ketika kita dihadapkan pada tantangan, penting untuk lebih fokus pada tindakan yang bisa kita lakukan bukan terpaku pada hasil yang memang belum terlihat. Dengan bertindak secara proaktif, itu bisa jadi strategi cerdik mengurangi cemas. Misalnya, saat dihadapkan pada pekerjaan yang menumpuk, alih-alih merasa cemas dan terjebak pada frustasi karena beban berat yang dipikul, lebih baik buat daftar tugas yang bisa didahulukan dan diprioritaskan. Tindakan seperti ini akan membantu menyelesaikan pekerjaan, tetapi juga dapat memberikan rasa pencapaian yang bisa meningkatkan motivasi.
  4. Belajar Menerima Ketidakpastian: Ada banyak hal yang tidak bisa kendalikan dalam hidup ini. Menerima ketidakpastian dengan lapang dada merupakan bagian penting dari gaya Stoic. Misalnya, dari pada memusingkan akan masa depan yang belum pasti, kita bisa menggeser energi yang kita punya, waktu yang ada, dengan banyak mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Mempelajari keterampilan baru, memperluas relasi, memperbanyak pengalaman, dan menghabiskan waktu dengan orang-orang yang senantiasa memberikan dukungan pada kita. Semua itu merupakan langkah yang positif bisa diambil untuk menghadapi ketidakpastian.

Dengan mengintegrasikan paham-paham yang ada dalam Stoicisme ke dalam gaya hidup kita, kita tidak hanya akan mampu menghadapi ketidaknyamanan dengan lebih baik lagi tetapi juga membangun ketahanan mental yang kuat. Prinsip hidup Stoicisme mendorong kita untuk bersikap lebih realistis, menerima kenyataan dan menarik tindakan yang tepat dalam menghadapi tantangan. Gaya hidup seimbang bukan hanya soal mencari kebahagiaan semata, melainkan juga mengenai bagaimana kita merespons berbagai situasi yang dihadapi.

Ingatlah bahwa dalam hidup ini akan selalu diisi oleh yang namanya ketidaknyamanan, gangguan, hambatan dan serupanya. Namun, cara kita merespon terhadapnya akan menentukan kualitas hidup yang kita jalani. Mengaplikasikan Stoicisme merupakan strategi efektif untuk menemukan rasa tentram di tengah terjangan badai kehidupan yang senantiasa menggulung. Bersama filosofi ini, kita dapat belajar bagaimana pola pikir yang lebih resilien dan menciptakan gaya hidup seimbang, terlepas ketidakpastian yang ada. Ini merupakan langkah cerdas untuk menghadapi tantangan dan menemukan makna dalam setiap pengalaman yang kita jalani.

Penulis : Wandha Chintya

Editor : Nivaldi

komuniasik@gmail.com

Duka menyelimuti fans directioners, Liam Payne Meninggal Dunia Akibat Jatuh dari Hotel

Previous article

Gaya Hidup Mindful: Cara Efektif Menjaga Kesehatan Mental di Era Modern

Next article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *