Echo Chamber
Dari banyaknya macam-macam berita yang tersebar di dunia maya Indonesia, tak jarang netizen menggunakan emosi dalam menerimanya misal seperti emosi senang, tak suka, tidak terima, dan yang lain sebagainya. Alih-alih menyikapinya dengan kepala dingin, mereka lebih memilih untuk menangkap suatu pemberitaan dengan mentah begitu saja tanpa melakukan cek ulang fakta yang sebenarnya. Maka, tak heran jika pergulatan argumen yang tak kenal henti selalu menjadi hal yang sering terjadi di dunia maya. Bahkan, tak jarang juga menjadi wadah cyberbullying bagi para netizen yang mungkin sebenarnya tidak tau kejadian awalnya seperti apa.
Kejadian tersebut tentu memiliki banyak faktor penyebab yang memungkinkan terjadinya hal-hal negatif tadi. Merajalelanya konten sensasional, pengaruh clickbait, politik dan salah satunya adalah terjadinya fenomena echo chamber. Apa itu fenomena echo chamber?
Dilansir dari GCFLearn (2019), echo chamber atau ruang bergema adalah lingkungan di mana seseorang hanya menemukan informasi atau pendapat yang mencerminkan dan memperkuat pendapat mereka sendiri. Ruang bergema ini dapat ditemukan baik di dunia nyata maupun dunia maya. Terjadinya echo chamber di media sosial maupun internet itu sendiri justru semakin dimudahkan dengan kinerja algoritma sistem internet.
Seperti yang kita ketahui, algoritma sistem internet bekerja sesuai dengan apa yang sering kita tonton atau baca. Maka, sama halnya saat ketika kita menyimak suatu pemberitaan atau isu, algoritma timeline media sosial kita akan bergulir secara otomatis. Konten yang disajikan akan menyesuaikan apa yang paling sering kita konsumsi, maka itulah yang mungkin dibutuhkan atau disukai.
Kemudian dari banyaknya solusi penanganan dari itu semua, yang menjadi solusi kuncinya adalah terdapat pada manajemen kontrol pada diri masing-masing. Sebagai manusia yang kesehariannya tak bisa lepas dari pergumulan internet, maka sudah seharusnya kita pun melatih kemampuan kontrol diri dengan sebaik-baiknya. Menjaga diri untuk tidak mudah terlarut pada isu atau pemberitaan yang mengandung banyak kontroversi, ubah mindset bahwa seluruh pemberitaan tadi tidak semuanya perlu dikonsumsi karena bisa jadi isu tersebut dikeluarkan hanyalah untuk menutup isu yang lebih penting. Maka, kontrol diri yang seperti apa yang sudah kalian lakukan dalam bermedia sosial?
Penulis: Melda Wulandari
Editor: Diah Ayu
Comments