Tumpukan bahan kain
Sumber: Unsplash.com/ Francois Le Nguyen
Tren fast fashion yang sampai saat ini tidak bisa jauh dari kehidupan, terlagi untuk industri fast fashion ini sangat menggiurkan dengan selalu memproduksi pakaian dengan beragam model sesuai kebutuhan musim yang terus berganti dengan waktu yang sangat singkat. Di negara berkembang seperti asia menjadi salah satu tempat produksi untuk fast fashion ini, karena bisa mempekerjakan banyak orang dengan upah rendah, menggunakan bahan baku yang tidak berkualitas dan tidak tahan lama, sedangkan pemilik industri bisa meraup untung yang sangat besar.
Dengan begitu, banyak orang sering berbelanja mengikuti tren yang sedang berkembang, begitu juga resiko yang ditanggung alam pun semakin besar. Perlu diketahui, bahwa tidak hanya sampah plastik yang memberikan dampak buruk, baju bekas akibat adanya fast fashion ini pun menjadi salah satu sumber limbah dunia yang sangat besar. Dilansir dari businessinsider pada 2021, 20% polusi air dunia disebabkan oleh industri pakaian, setiap sepasang jeans membutuhkan 2000 galon air atau setara dengan air minum selama 10 tahun, setiap membuat sebuah kaos berbahan katun membutuhkan 700 galon air atau sekitar 1120 gelas air, mikroplastik polyester yang emisi karbon 2-3 kali lebih parah daripada katun cenderung berakhir di lautan, dan setiap detiknya ada satu truk sampah tekstil yang dibakar atau bahkan dibuang.
Kita harus mampu bertanggung jawab atas pakaian yang kita miliki, sebab sering tak disadari pakaian-pakaian kita adalah sampah. Terlagi untuk kaum muda saat ini yang senang untuk mengikuti tren-tren yang sedang hype. Kita bisa mulai dengan upcycle atau mengolah kembali material menjadi produk baru, membeli pakaian bekas, memeriksa latar belakang merk pakaian yang dibeli, mendonasikan pakaian-pakaian yang sekiranya sudah tidak dipakai dan masih layak pakai, menjual atau melelang pakaian, membeli produk lokal yang biasanya kita lebih mengetahui latar belakang bisnisnya, dan membeli material berkelanjutan beberapa merk yang ramah lingkungan. Salah satu opsi tren yang bisa membantu mengurangi fast fashion adalah thrifting atau berburu pakaian bekas layak pakai yang sudah lama dilakukan oleh masyarakat dan menjadi sebuah tren belakangan ini. Thrifting yang biasa dilakukan dengan langsung membeli dan memilih baju bekas ke tempat, kini semakin dipermudah dengan adanya kemajuan teknologi. Masyarakat bisa nge-thrift hanya dengan scrolling gawai yang dimilikinya.
Dengan membeli baju bekas kita turut serta bertanggung jawab terhadap bumi ini dengan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai, dan zero waste. Membudayakan pada diri sendiri untuk tidak fast fashion atau membeli pakaian yang mengikuti tren terbaru sehingga terus menerus menumpuk dan timbul sikap konsumtif. Adanya tren thrifting ini membuktikan paradigma “kalau mau keren nggak perlu mahal dan mengikuti tren”. Juga membantu perekonomian Indonesia.
Penulis: Safitri Handayani
Comments