Concepts

Apa yang terjadi di sosial media

Sosial media sangat bekerja cepat, ringkas, dan mudah untuk menghubungkan ke para pengguna media sosial satu dengan yang lain. Pengguna yang beragam, mulai dari media, tokoh publik, maupun pengguna biasa atau khalayak, Instagram dan Twitter merupakan platform yang selalu happening di beberapa kalangan, mencari sesuatu yang sedang trending merupakan kemudahan bagi kedua platform ini dan akan menemukan berbagai perspektif dan pembeda platform.

Jika mengambil contoh beberapa kasus yang terjadi dalam tiga hari misalnya:

Per tanggal 6/03/2020 trending kedua platform ini bersamaan yaitu tentang foto yang diunggah oleh Tara Basro dianggap kominfo merupakan konten pornografi

Per tanggal 7/03/2020 trending kedua platform ini perihal ajang Miss Indonesia yang salah mengucapkan Pancasila

Per tanggal 8/03/2020 trending kedua platform ini tentang International Womens Day 2020

Dari ketiga pemberitaan tersebut dapat dianalisa :

Perbedaan dari kedua platform tersebut ialah melalui cara tanggap mereka mengetahui sesuatu yang trending, Instagram terlebih dahulu mencari melalui hastag dan ketika muncul pemberitaan nya tidak terstruktur, space berdiskusi sangatlah minim, dan susah ditemukan kembali jika sudah hilang postingannya. Sedangkan twitter merupakan ruang publik menyampaikan pendapat yang cukup efisien, bermunculan prespektif baru karena platformnya mudah untuk disinggahi lewat mention dan thread, sangat aktif dalam isu apapun, komunikatif dan mudah ditemukan postingan jika hilang.

Persamaan dari kedua platform tesebut ialah memiliki maksiimal dalam kata, samasama pemberitaannya terframing dari pengguna nya.

Kesimpulan

Secara subjektif dan berdasarkan tanggapan netizen menilai terdapat pro kontra, menganggap postingan Tara merupakan bagian dari campaign untuk mencintai diri sendiri, lewat unggahan tersebut netizen pro terwakili keresahan yang ada pada dalam dirirnya karena merasa cape dengan standar kecantikan Indonesia yang ada. Berbagi tentang pengalaman tara yang mengcampaign body positivity, dengan mengunggah foto syur telanjang yang terlihat dari samping tanpa menampakkan bagian payudara dan alat kelamin nya dianggap oleh Lembaga kominfo itu merupakan sesuatu hal yang pornografi dan melanggar UU ITE pasal 27 ayat 1 terkait pornografi. Seolah tubuh perempuan selalu dianggap pornografi dan terbelenggu penghakiman publik yang tidak diberlakukan sama terhadap lelaki, tubuh perempuan ditunjuk sebagai penimbun nafsu penggoda iman, meskipun perempuan tidak menampakkannya.

Masih dengan perempuan, perempuan yang selalu dituntu sempurna, dituntut selalu benar dan handal dalam apapun itu, ketika kesalahan yang dilakukan sekali didepan public merupakan sesuatu yang dianggap beberapa orang sangatlah fatal, bahkan penghakiman datang dari sesame perempuan, Pancasila merupakan nilai yang menyangkut nasionalisme menjadi pegangan sebagai warga negara Indonesia bukan berarti tidak boleh salah pengucapan, berdiri didepan khalayak bukanlah sesuatu hal yang mudah, rasa gugup yang kian kuat lagilagi mengalahkan dan focus menjadi hilang, kita semua manusia yang sepatutnya pasti akan melakukan salah tapi tidak dengan menjustifikasi sesuatu kesalahan seseorang terlebih sesame perempuan saling menjatuhkan dengan berbagai macam argument yang menyudutkan karna satu kali salah.

Setelah beberapa hari permasalahan datang akibat perempuan, telah sampailah hari global yang merayakan prestasi perempuan secara sosial, ekonomi, budaya, dan politik bertujuan untuk mempercepat kesetaraan gender. International Womens Days menunjukan untuk menjungjung tinggi martabat perempuan yang selama ini selalu menjadi objek bagi beberapa kaum pria, kekerasan seksual, pernikahan anak, serta budaya misoginis dan patriarki yang mendiskriminasi perempuan, tak lepas dari perempuan yang selalu salah atas tubuh dan dianggap liar dalam tindakan dan pemikiran,

3 hari berturut pemberitaan Instagram dan twitter dipenuhi oleh berita yang berkaitan dengan perempuan, perempuan selalu menjadi sorotan public, berbagai macam perspektif dan tanggapan berdatangan dari berbagai kalangan, dari yang memberi support hingga yang menjatuhkan, semua terjadi pada social media, pembentukan opini masing-masing akun merupakan hal yang lumrah terjadi, sebagai meningkatkan awareness media literasi adalah melalui komunikasi dan memilah berbagai macam informasi yang sedang trending, seringkali orang merasa bebas menuturkan opini tetapi belum tentu kebenaran terjadi pada tuturan tersebut. Wadah kedua social media ini untuk mengetahui berbagai macam sudut pandang, perbedaan atau persamaan bukan wadah untuk menghakimi atau menyalahkan opini seseorang.

Penulis : Shin

komuniasik@gmail.com

Puasa Media Sosial

Previous article

Media Sosial Bikin Insecure?

Next article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *