Uncategorized

Ketika Hutan Kian Menyempit: Mengenal Deforestasi dan Mengapa Kita Harus Peduli

Hutan seringkali dianggap jauh dari kehidupan kita. Padahal, udara yang kita hirup, air yang kita minum, hingga udara yang kian panas. Semuanya berkaitan dengan keberadaan hutan. Saat pohon-pohon ditebang tanpa kendali, dampaknya bukan hanya satwa yang kehilangan rumah, tapi juga manusia akan kehilangan penyangga kehidupan. Maka inilah yang disebut deforestasi, hilangnya tutupan hutan akibat penebangan, pembakaran, atau alih fungsi besar-besaran menjadi perkebunan dan industri.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia kehilangan sekitar 174.400 hektar hutan sepanjang tahun 2024, angka yang menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Sinyal bahaya ini semakin diperkuat oleh laporan World Resource Institute (WRI) yang menyebut hilangnya sekitar 258.000 hektar hutan primer, yakni kawasan hutan alami yang belum pernah tersentuh aktivitas manusia. Data ini menunjukkan bahwa laju deforestasi belum melambat dan justru meningkat, menandakan ancaman serius bagi ekosistem dan masyarakat yang bergantung pada hutan.

Deforestasi tidak terjadi tanpa sebab. Di balik hutan yang berubah menjadi lahan terbuka, ada dua akar persoalan utama; dorongan ekonomi dan lemahnya pengawasan. Demi mengejar pertumbuhan dan ketahanan pangan, banyak kawasan hutan dikonversi menjadi lahan perkebunan sawit, tambang, hingga proyek food estate (lumbung pangan) berskala besar. Tujuannya terdengar ideal, untuk membuka lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas nasional. Namun di lapangan, pelaksanaannya justru sering menimbulkan masalah baru, yakni hilangnya hutan alami dan terpinggirkannya masyarakat adat.

Dampak deforestasi tidak berhenti begitu saja di hutan. Ketika hutan hilang, tanah kehilangan kemampuan menyerap air, dan udara kehilangan penyejuk alaminya. Musim hujan kian membawa banjir, musim kemarau mendatangkan asap, dan udara semakin panas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu rata-rata di beberapa wilayah Indonesia meningkat hingga 1°C lebih tinggi dibandingkan dekade sebelumnya. Sementara menurut data BNPB (2024), lebih dari 60% kejadian longsor di Indonesia terjadi di daerah yang mengalami penurunan tutupan hutan signifikan dalam lima tahun terakhir.

Kepedulian terhadap isu deforestasi bisa dimulai dari hal kecil, seperti; menolak produk hasil perusakan hutan, mendukung kebijakan hijau dan menyebarkan informasi faktual tentang pentingnya menjaga hutan. Meski begitu, pemerintah juga berupaya menekan laju deforestasi melalui program seperti GREEN for Riau, hasil kolaborasi dengan UN-REDD yang menitikberatkan pada perlindungan hutan dan lahan gambut sebagai strategi menekan emisi karbon (UN Indonesia, 2025). Kendati demikian, kebijakan hijau hanya akan menjadi slogan jika tidak dibarengi penegakan hukum yang tegas. Tantangan sesungguhnya justru terletak pada pelaksanaan di lapangan; mulai dari transparansi izin, pengawasan yang konsisten, hingga keberanian menindak pelanggar hukum. Sebab menjaga hutan bukan sekadar janji politik, melainkan ujian nyata atas komitmen kita dalam melindungi masa depan lingkungan dan generasi berikutnya.

By Citra Andhini

Home Sweet Loan: Suara Generasi Sandwich

Previous article

Polisi Plastik: Indonesia di Persimpangan Ekspor Limbah Dunia

Next article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *