Komunitips

Puasa Media Sosial

Satu Minggu tanpa Sosial Media ini merupakan challenge untuk diri sendiri dan merasa sangat baik dan menemukan berbagai pengalaman baru, saya akan menceritakan satu minggu saya tanpa Instagram dan Youtube menurut saya tanpa kedua sosmed itu sangat lah tidak biasa  bagi seorang generasi millennial hahaha karena beberapa orang termasuk saya menjadikan social media sebagai wadah untuk menumpahkan segala kebosanan, melihat perkembangan informasi yang mungkin memang bisa dilihat di platform lain, tetapi social media yang kini mudah di akses dan sangat cepat menjadi pilihan nomer satu dalam kehidupan dan sangat menarik untuk dilihat. Melihat instastory di Instagram merupakan kewajiban yang tidak dilewatkan bagi sebagian orang atau membuka sesuatu di youtube karena kegemaran mengakses ditial platform yang mendunia dengan segala beritanya merupakan kewajiban yang hqq mungkin bagi generasi millennial seperti saya yang selalu dibuat memiliki rasa untuk terus melihat unggahan terbaru.

Hal ini membuat saya merasa candu dan ketergantungan seperti yang dikatakan pada The World Health Organisation Orang yang menggunakan media digital atau social media  memiliki gejala kecanduan perilaku, dari konflik, dan modifikasi suasana hati ketika mencoba memeriksa profil online secara teratur. Seringkali orang merasa perlu untuk terlibat dengan perangkat digital bahkan jika itu tidak pantas atau berbahaya bagi mereka untuk melakukannya. Jika terputus atau tidak dapat berinteraksi seperti yang diinginkan, mereka menjadi sibuk dengan peluang yang hilang untuk terlibat dengan jejaring sosial online mereka.

Berawal dari FOMO yang merupakan kepanjangan dari Fear Of Missing Out, seseorang yang candu tak ingin ketinggalan trend dan sesuatu yang viral pada social media, ini yang saya rasakan dulu karena semua lebih cepat untuk diakses dan lebih mudah ditemukan apa yang kita ingin cari tahu, semua ter rilis dalam hitungan detik. Melupakan kewajiban, meninggalkan yang dekat diantara kita, mendekatkan kita pada yang jauh disana, dengan focus seolah tertuju pada satu titik yaitu handphone sehingga mengurangi interaksi langsung secara perlahan hingga akhirnya kehilangan diri sendiri karna sudah terlalu jauh dan melampaui batas karna tidak bijak dalam menggunakan sesuatu.

Sesuatu terbendung seketika dengan berbagai macam fikiran yang membendung, “ternyata hidup mereka lebih asik daripada hidup ku” “kenapa dia bisa mendapatkan semuanya, tapi kenapa saya tidak bisa” “standar kehidupan ku harus kaya dia” “andai aku jadi dia pasti hidup ku lebih bahagia” masih banyak lagi dari ini, pertanyaan yang membentuk isi kepala seolah mengikuti standart kebahagiaan seseorang lewat social media yang tak nyata, membuat kita lupa bahwa hidup sebenernya lebih dari nyata yang ada pada social media, merasa ingin lebih terus menerus setelah mendapatkan apa yang kita bisa capai hingga selalu merasa kurang, lupa akan kata cukup dengan terus menjadikan bandingan hidup pada social media.

Seiring berjalannya waktu, kepenatan ini mulai terasa, sedih, selalu merasa bingung dengan hidup yang dijalani, tidak tenang selalu menghantui dan meledak seketika muak akan social media dan mencoba berhenti sejenak, kembali focus pada tujuan awal, rehat dalam sehari masih merasa hampa, bingung mau ngapain dan pada hari kedua kesibukan mulai berjalan, muncul sedikit demi sedikit kejadian yang tidak pernah dilakukan, menghargai waktu ketika mengobrol dengan keluarga, teman dan orang lain, mulai dari yang ringan hingga berat, menemui kesukaan pada diri, melakukan hal yang aware disetiap perjalanan untuk turun dengan melakukan kegiatan social layaknya kita sebagai mahluk social, membantu dan menyadari bahwa hidup bukan tentang kita seorang dan goals-goals yang mungkin bisa kita sederhanakan dengan kejadian yang di lalui ini.

Its time to say goodbye my social media for a while, keadaan yang mengharuskan saya sudahi ini ialah JOMO Joy Of Missing Out yang artinya cara manusia menyudahi atau sadar untuk melepaskan diri pada sesuatu ketergantungan yang berasal pada internet. Keadaan ini hanya untuk rehat sejenak, bukan untuk menghindari kecanggihan teknologi yang ada sekarang ini, namun ini merupakan cara untuk menjadikan kehidupan yang lebih aman, menemukan sesuatu yang baru dan menjadikan kehidupan offline pun layak untuk dijalankan.

Penulis : Shintya

komuniasik@gmail.com

Media Sosial, Kedermawanan dan Voluntarisme

Previous article

Apa yang terjadi di sosial media

Next article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *