Jumat, 06/10/23 – 08.21 WIB
Kuliner sangat identik dengan masyarakat Indonesia, bukan tanpa sebab cita rasa yang kaya akan bumbu dan rempah-rempah menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan jenis-jenis makanan dan kuliner dari sabang sampai Merauke. Kekayaan akan cita rasa ini menjadikan peluang bisnis bagi setiap pengusaha yang berkecimpung di dunia FnB di Indonesia sebab setiap daerah memiliki ciri khas akan masakan masing-masing. Usaha kuliner yang sukses dan ramai didatangi para pengunjung dari berbagai kota tidak terlepas dari pengaruh teknologi sosial media, percepatan informasi ini membuat siapa saja yang menjadi objek dari percepatan informasi tersebut mendapatkan sisi positif maupun negative tergantung bagaimana informasi itu dikontruksi. Para pengunjung setelah mendapatkan informasi restoran/rumah makan yang sedang viral melalui halaman media sosial media dan siaran televisi mereka masing-masing rela antri berjam-jam untuk mencicipi hidangan yang sedang viral di sosial media.
Pada dasarnya persoalan cita rasa pada suatu makanan merupakan suatu hal yang subjektif dari setiap individu, setiap orang memiliki karakteristik cita rasa tersendiri, Hal inilah yang menjadi awal perdebatan di berbagai kalangan netizen terkait pelayanan dan cita rasa masakan yang berbeda ketika di siarkan acara tv atau food vlogger dan saat datang langsung ke restoran, Oleh sebab itu tidak sedikit juga netizen yang merasa konten sosial media dan acara televisi tersebut sebagai ajang promosi dari pihak restoran untuk menarik daya minat pembeli. Di suatu sisi muncul beberapa konten creator/food vlogger yang mereview restoran dengan tema review jujur apa adanya tanpa mengurangi atau melebih-lebihkan penilaian atas rasa dari hidangan restoran yang di review.
Para food vlogger ini pada dasarnya bertujuan untuk membantu netizen dalam mencari refrensi kuliner tanpa melibatkan unsur promosi dan kerja sama denga pihak restoran. Kontroversi dimulai ketika pemilik akun @Aa’Juju mereview jujur warung makan Oseng-oseng Bang Madun yang saat ini sedang ramai di media sosial, melalui postingan di Tiktok Aa Juju mengomentari seputar kebersihan warung makan yang kurang terjaga serta pelayanan terhadap konsumen yang kurang baik.
Hal tersebut langsung direspon oleh pemilik warung makan melalui klarifikasi pada akun youtube OPAH DAN OBET dengan gestur marah dan menangis pemiliki warung makan menjelaskan bahwa food vlogger hendaknya izin dan berkoordinasi terlebih dahulu jika ingin mereview diwarungnya, memelalui konten tersebut pemilik warung makan oseng-oseng Bang Madun langsung menjadi sorotan netizen, pasalnya pihak warung makan dianggap tidak menerima kritik dari konsumen dan berlebihan dalam menanggapi review buruk restorannya.
Miskomunikasi ini menyebabkan permasalahan semakin sulit menemukan titik damai dan banyak pihak memanfaatkan keadaan dengan ikut campur permasalahan tersebut, beberapa food vlogger lainnya pun ikut terlibat seperti pemilik akun @Codeblue dan pemilik akun @farida.nurhan kedua pihak ini berseteru hingga saat ini sampai ke pelaporan kepada pihak kepolisian.
Era globalisasi merupakan tantangan bagi setiap orang di dalamnya, teknologi hendaknya diciptakan untuk kebaikan sosial, jika kita salah dalam mengaplikasikan maka akan menjadi jurang hitam bagi penggunanya, bijak dalam bersosial media dan mengutamakan nilai-nilai norma sebagai landasan dalam menghadapi era globalosasi, oleh karena itu kemajuan teknologi yang pesat harus diiringi dengan pola komunikasi yang baik didalamnya.
Penulis : Muhammad Yusril Muharrom
Editor : Niken Karnelia
Comments