Course

Toxic Positivity: Dampaknya pada Kesehatan Mental Gen Z

Generasi Z, yang tumbuh di era media sosial dan tuntutan kesempurnaan, sering kali  dihadapkan pada tekanan untuk selalu tampil positif. Namun, di balik senyum ceria dan  unggahan penuh semangat di media sosial, banyak dari mereka yang berjuang dengan masalah  kesehatan mental. Salah satu faktor yang berkontribusi pada masalah ini adalah toxic positivity

Apa itu Toxic Positivity? 

Toxic positivity adalah kecenderungan untuk selalu berpikir positif dan menekan emosi negatif.  Walaupun terdengar positif, namun toxic positivity justru dapat berdampak buruk pada  kesehatan mental. Alih-alih membantu seseorang mengatasi masalah, toxic positivity malah  membuat individu merasa terisolasi dan tidak validasi perasaannya. 

Dampak Toxic Positivity pada Gen Z 

Menekan Emosi Negatif: Gen Z yang tumbuh dalam lingkungan yang menuntut selalu  bahagia, seringkali merasa kesulitan untuk mengakui dan menerima emosi negatif  seperti sedih, marah, atau kecewa. 

Merasa Bersalah: Ketika mereka merasa sedih atau tidak bahagia, mereka mungkin  merasa bersalah karena dianggap tidak cukup positif. 

Merasa Terisolasi: Mereka yang mengalami toxic positivity mungkin merasa kesulitan  untuk menjalin hubungan yang tulus karena takut dinilai negatif. 

Meningkatkan Stres: Menekan emosi negatif justru dapat meningkatkan stres dan  kecemasan dalam jangka panjang. 

Menghambat Pertumbuhan Pribadi: Toxic positivity dapat menghalangi seseorang  untuk belajar dari pengalaman negatif dan tumbuh sebagai individu. 

Mengapa Gen Z Rentan Terhadap Toxic Positivity? 

Tekanan Media Sosial: Media sosial seringkali menyajikan gambaran kehidupan yang  sempurna, sehingga membuat Gen Z merasa harus selalu tampil bahagia. 

Kultur Positifitas: Masyarakat modern seringkali mendorong kita untuk selalu  berpikir positif dan menghindari emosi negatif. 

Takut Ditolak: Generasi Z takut akan penolakan dan ingin diterima oleh teman-teman  mereka. 

Bagaimana Mengatasi Toxic Positivity? 

Menerima Emosi Negatif: Sadari bahwa memiliki emosi negatif adalah hal yang  wajar. Jangan takut untuk mengakui dan merasakannya. 

Membangun Dukungan Sosial: Carilah teman atau keluarga yang bisa menjadi  tempat berkeluh kesah dan memberikan dukungan emosional. 

Mencari Bantuan Profesional: Jika merasa kesulitan mengatasi masalah sendiri,  jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau terapis.

Mempraktikkan Self-Care: Lakukan aktivitas yang dapat membantu kamu rileks dan  mengurangi stres, seperti yoga, meditasi, atau hobi. 

Kesimpulan 

Toxic positivity adalah masalah serius yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental  generasi Z. Dengan memahami dampak dari toxic positivity dan mencari cara untuk  mengatasinya, kita dapat membantu generasi muda untuk tumbuh menjadi individu yang lebih  sehat dan bahagia.

Penulis: Nazela Aprilia Putri

Editor: Rafiq Subhi Sahfi

komuniasik@gmail.com

Seberapa Bahaya Silent Treatment

Previous article

Semua Orang Setara Dihadapan Komunikasi, Termasuk Anak Berkebutuhan Khusus

Next article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *