Bencana terburuk yang terjadi di abad 21 ini adalah pandemi Covid-19, yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019. Virus tersebut lalu menjalar ke berbagai negara, termasuk di Indonesia pada awal Maret 2020. Lalu merambat ke berbagai daerah hingga masuk Aceh, di mana sekolah kami berada.
Mula-mula, pemerintah mengeluarkan surat edaran untuk menghentikan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah atau madrasah selama 14 hari untuk memutuskan tali rantai penyebaran virus Corona. Plt Gubernur Aceh juga meminta Kepala Kementerian Agama Provinsi Aceh untuk menghimbau kegiatan belajar mengajar harus dilakukan dari rumah pada setiap jenjang pendidikan.
Sungguh pengalaman yang sangat luar biasa mengajar di tengah masa pandemi. Selama 14 hari pertama belajar dari rumah, setiap guru membimbing 3 orang anak di rumah yang berbeda-beda tugas setiap harinya. Saya sendiri selain sebagai guru di madrasah yang harus mengajar menggunakan sistem daring, juga harus sabar membimbing anak sendiri.
Setelah beberapa hari terkungkung di rumah, guru-guru diwajibkan ke madrasah untuk melakukan dan mencari informasi bersama-sama mengenai pembelajaran inovasi baru dengan tetap menjaga jarak dan memakai masker.
Ketika sudah di madrasah, rasanya menjadi aneh karena sepi tak ada anak didik. Ketika menuju ke kelas dan menatap ruangan yang tak berpenghuni, ada perasaan janggal. Dunia pendidikanseakan-akan menangis karena madrasah ditinggalkan oleh para peserta didik.
Guru-guru kemudian mengadakan rapat mengenai proses pembelajaran daring. Guru-guru diinstruksikan oleh Bapak kepala madrasah bahwa absen tetap berlaku untuk guru-guru dan diminta untuk mencari informasi bersama-sama bagaimana cara memberikan pembelajaran jarak jauh yang baik kepada peserta didik.
Dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, tentu tak sedikit kendala yang dihadapi guru dan peserta didik. Banyak kendala yang ditemukan ketika proses belajar secara daring, mulai dari segi aktivitas pembelajaran, motivasi belajar, dan yang paling besar kendalanya yaitu terkait media yang digunakan sebagai sarana pembelajaran jarak jauh, misalnya fasilitas internet.
Mengenai kehadiran dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran daring juga menjadi kendala bagi guru, sehingga hal tersebut membuat menurunnya kualitas pembelajaran. Bahkan banyak dari peserta didik yang memilih bermain karena mengalami kejenuhan dan kebosanan. Dalam pembelajaran jarak jauh tersebut, tugas yang diberikan harus dibimbing oleh orang tuanya karena guru tidak bisa langsung membimbing anak didiknya. Tak sedikit orang tua menjadi “harimau” ketika membimbing anaknya di rumah. Sehingga banyak anak didik yang merindukan gurunya di madrasah.
Akan tetapi, kendala-kendala itu tak menjadi alasan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Guru-guru terus berinovasi mencari solusi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Setelah rapat guru di madrasah, ada beberapa langkah yang dijadikan solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi saat pandemi ini. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, kepala madrasah menghimbau guru-guru untuk dapat menciptakan pembelajaran yang efektif yaitu dengan memilih metode yang tepat dan cocok untuk memotivasi dan menambah minat belajar peserta didik supaya proses pembelajaran juga menyenangkan.
Penulis: N Amelia Farisca
Comments