Lelucon atau yang lebih dikenal dengan bahasa gaulnya yaitu jokes adalah sebuah humor,
susunan kata atau trik yang didasari pada hal lucu dan tidak dianggap serius. Jokes dapat
ditemukan diberbagai macam media sosial terutama oleh remaja Indonesia
yang saat ini lebih banyak menggunakan internet dibandingkan usia lainnya. Terlihat dari hasil
survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dimana tingkat penetrasi
internet kelompok usia 13-18 tahun mencapai 98,64%, disusul dengan kelompok usia 19-34
tahun dengan tingkat penetrasi internet sebesar 98,64%.
Dapat disimpulkan dari hasil survei tersebut, bahwa apa yang beredar, viral atau dicari di
internet adalah berdasarkan selera anak muda atau gen z (kelahiran 1996-2012) di Indonesia.
Baik jokes berupa meme, prank, kata-kata lucu di Twitter, bahkan sampai tren dan lain-lain berdasarkan gaya hidup era sekarang. Namun, yang ingin dibahas kali ini adalah perbedaan sudut pandang orang tua, terhadap apa yang menjadi hiburan bagi anak atau jokes itu sendiri.
Dalam salah satu kasus narasumber di media sosial, dia bercerita bahwa dia menemukan sebuah video lucu di Tiktok dan menunjukkannya kepada orang tuanya. Akan tetapi, respon yang diberikan orang tuanya sangat tidak sesuai ekspetasi sang anak. Bukan tertawa, namun malah mengomentari video tersebut dan memberikan nasihat.
Mengapa terjadi perbedaan perspektif?
Tentu saja itu terjadi karena perbedaan sudut pandang orang tua yang
memiliki latar belakang berbeda dengan kondisi anak pada zamannya. Jika bagi para remaja
video itu lucu, belum tentu bagi para orang tua hal itu lucu atau justru termasuk perbuatan yang tidak baik, atau tidak pantas untuk ditertawakan. Sehingga penting untuk memahami bahwa terdapat perbedaan gaya hidup, bahasa, pakaian, pergaulan, bahkan cara bersikap.
Karena perbedaan perspektif dan ketidaksesuaian ekspetasi terhadap respon memicu timbulnya keraguan untuk saling bertukar humor. Dalam konteks tersebut, meski terlihat sepele, yang akan terjadi adalah orang tua yang tidak memahami selera humor anak atau bahkan anak yang cenderung menganggap orang tuanya kuno atau tidak asyik. Apakah pernyataan tersebut berpengaruh terhadap hubungan orang tua dan anak? Tentu saja mungkin dapat berpengaruh karena kerap kali orang tua lupa bahwa anak tumbuh di zaman yang berbeda dan memberikan patokan atas beberapa hal berdasarkan pengalaman pada zamannya sendiri.
Dalam konteks jokes media sosial, orang tua dan anak harus sama-sama open minded, memiliki mindset, dan mampu beradaptasi terhadap lingkungan. Artinya, orang tua harus memahami bahwa ada perbedan yang jelas antara di zaman mereka dan zaman saat ini. Tidak hanya itu, seorang anak juga harus mengerti bahwa tidak semua orang tua memahami pola pikir anak zaman sekarang dan perlu memfilter apa yang seharusnya dijadikan bahan humor.
Nah, Sobat MinSik dalam membangun hubungan yang baik, maka komunikasi yang baik juga diperlukan, khususnya antara orang tua dan anak. Jika salah satu pihak mengalami salah paham, maka dapat menimbulkan konflik. Selain itu, memicu perbedaan antar generasi.
Tim Editor:
Penulis: Jihan Fadhilah
Editor: Maya Maulidia
Comments