Course

Gen-Z dan Slow Living: Hidup “Mengalir” dalam Perspektif Spiritual

Dunia digital dewasa ini, informasi menjadi sangat mudah diakses karena dipengaruhi oleh kemajuan zaman dan teknologi. Gen-Z sebagai pengguna media sosial terbanyak di dunia menurut survei Meta, menjadikan kelompok yang sangat rentan terpapar informasi. 

Meskipun penggunaan media sosial memberi banyak manfaat seperti terhubung dengan teman, mengikuti tren terbaru, berbagi pengalaman, dan memperluas jaringan sosial. Tetapi juga memiliki sisi negatif yang mempengaruhi kesehatan mental antara lain kurangnya rasa percaya diri akibat membandingkan diri dengan orang lain, terpapar konten negatif, dan distraksi yang mengurangi fokus sehingga menjadi tidak produktif.

Tren terbaru yang dikenal dengan istilah “Slow Living” di era digital ini, menjadi solusi yang dapat diterapkan oleh Gen-Z untuk menghadapi tantangan kesehatan mental. Slow Living merupakan cara hidup yang menekankan sikap lebih lembut, penuh perhatian, dan puas saat menjalani aktivitas sehari-hari.

Konsep ini diperkenalkan dari budaya “Slow Food” pada sekitar tahun 80-an dan diperluas ke dalam aspek-aspek kehidupan yang lain di masa kini karena kebutuhan manusia yang semakin berkembang.

Praktik dalam menjalani hidup yang Slow Living bukan berarti malas-malasan dan menjadi tidak produktif. Melansir CNN, Slow Living artinya menjalani hidup yang tidak menyerah di era yang serba cepat dan terkesan grasa-grusu dengan memperlambat laju hidup kita melalui fokus pada hal-hal kecil.

Hal-hal tersebut seperti menjalankan hobi yang disukai, menikmati alam tanpa perlu menggunakan smartphone, menyelesaikan tugas satu persatu. Dengan demikian, hidup yang dijalani terasa lebih bahagia, tidak mudah stress, dan lebih damai karena fokus pada kualitas bukan kuantitas.

Konsep ini telah diajarkan pada kajian spiritual dengan melibatkan kesadaran seseorang dalam menjalani hidup di masa kini. Meditasi contohnya, sebagai praktik yang dianjurkan oleh para spiritualis agar hidup lebih mindfull dengan tidak khawatir akan kejadian masa lalu dan masa depan. Sehingga kita lebih fokus dalam menjalani hidup di masa kini.

Seperti dilansir dari Byrdie, Alyse Bacine, seorang pembimbing spiritual dan praktisi pernapasan mengatakan bahwa dengan slow living dapat melangkah ke cara berpikir yang lebih baru dan dapat menerima serta mengalami semua aspek yang hadir dalam kehidupan.

Akhirnya dengan menerapkan gaya hidup slow living yang sedang tren dialami oleh para Gen-z dapat memberikan pengalaman hidup yang lebih bermakna dan tidak terburu-buru dalam mencapai sesuatu. 

Dengan gaya hidup tersebut, Gen-Z memungkinan sekali merasakan hidup yang lebih mindfullness. Mempunyai kesadaran penuh atas perasaan, keinginan, dan lingkungan sekitarnya. Sehingga meningkatkan kesehatan mental dan fisik karena hidup yang lebih produktif dan bermakna.

Penulis: Nisrina Hanifah Salma

Editor: Rafiq Subhi Sahfi

komuniasik@gmail.com

LITERASI MEDIA: MEMBEKALI MAHASISWA UNTUK MENYARING SETIAP INFORMASI

Previous article

Pola Asuh yang Tepat Menciptakan Generasi Emas

Next article

Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *